“Peran Serta Kita dalam Mewujudkan Kesejahteraan Bersama”
Hari Rabu Abu Pantang dan Puasa
Mat 6:1-6.16-18
1 “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. 2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” 5 “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 16 “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, 18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
RABU ABU PANTANG DAN PUASA
“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”” (Mat. 6: 17-18)
Bapak dan Ibu guru dan anak-anak yang dikasihi Tuhan,
Rabu abu adalah awal masa tobat, masa dimana kita mencoba untuk mengoyakan hati untuk berpaling kepada Tuhan. Tobat itu soal hati dan niat bukan soal berapa kali saya makan sehari. Namun perlu diungkapkan dengan tindakan konkrit bukan secara pribadi tetapi bisa juga secara komunitas, anggota keluarga. Tobat dingkapkan dengan doa, puasa-pantang, amak kasih yang ditujuhkan kepada Allah bukan untuk pamer.
Seorang teman menceritakan bahwa ia rajin berpuasa hari Senin dan Kamis. Ia bangga telah menjalaninya selama bertahun-tahun. Banyak manfaat didapatkannya terutama untuk kesehatan diri dan membaharui hidup rohani. Dia melakukannya secara mandiri karena kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan dan kesegaran rohani.Sejak hari Rabu Abu ini gereja mengadakan pantang dan puasa. Tentu bukan tanpa maksud. Gereja hendak mengajak umat beriman untuk menyadari diri di hadapan Tuhan sebagai mahluk yang terbatas. Hari Rabu Abu ditandai dengan abu di dahi. Menyadarkan bahwa manusia berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu tanah. Karena itu gereja mengajak untuk bertobat kembali kepada Tuhan sebagai sumber kehidupan. Pantang dan puasa merupakan cara untuk membangkitkan kesadaran diri sebagai mahluk yang rapuh di hadapan Tuhan. Melalui pantang dan puasa diharapkan umat beriman bertobat dan kembali kepada Sang Penciptanya.Kita diajak untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Kesadaran diri sebagai mahluk yang lemah dan rapuh hendaknya mendorong kita menyadari kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan. Mari kita melaksanakan pantang dan puasa di masa tobat ini.
Refleksi:
Apakah kita sadar sebagai mahluk yang lemah dan rapuh di hadapan Tuhan? Sudahkan kita
berbalik dari perbuatan dosa dan kembali kepada Tuhan?
Doa:
Ya Allah Maharahim, anugerahilah kami kesadaran secara akal budi dan hati yang bersih untuk menyadari kelemahan diri kami. Semoga di masa tobat ini, Allah berkenan menyadarkan kami untuk semakin dekat dengan Engkau sebagai Allah dan tujuan hidup kami. Bukalah hati, pikiran dan seluruh diri kami untuk semakin mengarahkan diri pada kehendak-Mu. Demi Kristus Tuhan kami. Amin
Aksi:
Tentukan satu kebiasaan buruk yang membuat kamu semakin jauh dengan Tuhan, dan berbaliklah untuk mengarahkan hidupmu hanya kepada Tuhan
Sr. Ambrosia, h.Carm. – GAK SMP ABDIS SISWA BBINTARO
Hari Kamis sesudah Rabu Abu
Luk. 9:22-25
Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia
9:22 Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh h dan dibangkitkan i pada hari ketiga. ” 9:23 Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. 9:24 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya 2karena Aku, ia akan menyelamatkannya. 9:25 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?
Komitmen untuk mengikuti Yesus dengan setia
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk. 9: 23)
Suster, Bapak dan Ibu guru dan anak-anak yang dikasihi Tuhan,
suatu hari ada seorang anak muda yang bekerja di Bank terkenal di kotanya dan dia memilki posisi untuk cukup tinggi sebagai manajer tetapi dia memutuskan untuk mengikuti Tuhan Yesus. Namun tidak mudah baginya karena mendapat tantangan dari keluarga. Ia tidak lagi diterima, namanya dicoret dari daftar warisan keluarga karena telah mengikuti Yesus. Tambah lagi dia anak pertama dalam keluarga dan anak laki-laki satu-satunya keluarga. Ia sangat tertekan atas kejadian tersebut. Namun karena keseriusannya serta komitmennya untuk mengikuti Tuhan Yesus, ia harus menerima kenyataan yang dia hadapi. Pada akhirnya karena ketaatannya kepada Tuhan Yesus, segala kesulitan mampu dilewatinya. Dan dari waktu ke waktu, mendapat jalan keluar atas kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita untuk menjadi pengikut yang setia, berani meninggalkan keluarga, kemapamanan dan memikul salib. Tuhan tidak menjanjikan kesenangan dalam mengikutiNya, tetapi dia berjanji untuk menyertai kita dalam melewati setiap persoalan. Setiap orang yang setia mengikutiNya akan mendapat upah yaitu kebahagiaan akan tiba pada waktunya. Tatkala mengikuti Tuhan Yesus harus siap menanggung segala resiko, entah baik atau buruk. Sebab mengikuti Tuhan bukanlah untuk kesenangan sementara, tetapi untuk kebahagiaan kekal. Dan yang diminta oleh Tuhan komitmen untuk setia pada-Nya
Refleksi:
Apakah kita siap dan berani menanggung segala konsekwensi ketika mengikuti Tuhan Yesus? Sekali kita kehilangan kemapanan , apakah kita tetap setia mengikutiNya?
Doa:
Tuhan Yesus Kristus berilah kami kekuatan dan keteguhan hati dalam mengikuti Engkau. Kami manusia yang lemah terkadang tidak setia ketika kesulitan datang menghadang. Namun kami percaya bahwa Engkau telah berjanji untuk menyertai kami hingga akhir zaman. Maka anugerahilah kami kekuatan dan keteguhan agar tetap tegar mengikuti Engkau, sekalipun kesulitan datang bertubi menimpa dalam kehidupan kami. Kami percaya Engkau tak akan meninggalkan kami.
Aksi:
Buatlah sebuah komitmen untuk setia mengikuti Tuhan Yesus dalam bentuk pilihan untuk bersikap jujur dan bertanggungjawab dalam tugas sehari-hari.
Lintang kelas 9A OSIS SMP Abdi Siswa Bintaro
Jumat Setelah Rabu Abu
Matius 9:14-15
“ Doa dan Puasa yang benar akan memberi daya kekuatan untuk lebih mengasihi sesama ”
Suster bapak dan ibu guru dan teman-teman yang dikasihi Tuhan,
Ada seorang anak yang sangatlah hobi bermain game hingga dia sering lupa untuk berdoa dan sampai pada masa pra paskah. Pada masa pra-paskah itu ia ingat bahwa dalam kala itu ia harus berpuasa. Dia memutuskan untuk berpuasa terhadap tidak bermain game selama pra paskah itu, dia mencoba menantang dirinya dengan hal tersebut. Sempat pada awal mencoba dia sudah ingin menyerah. Sangat susah untuk sehari saja tidak bermain game sampai terkadang merasa sedih melihat teman lainnya bermain game seru tetapi dia tidak bisa karena memang lagi berpuasa untuk tidak bermain game. Dia sempat ingin tidak lagi melaksanakan puasa tersebut dan mencari hal yang lain untuk dijadikan bahan sebagai berpuasa.
Namun dia tidak jadi karena ingin mencoba merubah diri nya dari yang dulu sangat sering bermain game itu. Lalu selama berpuasa dia mencoba menggantikan waktu yang biasa dia gunakan untuk bermain game dengan mulai lebih sering berdoa kepada Tuhan dan juga mengajak keluarganya untuk berdoa bersama. Kemudian pada akhir waktu dia berpuasa ia menyadari bahwa perlunya dia untuk berdoa kepada Tuhan agar selalu dekat akan Tuhan. Selain bermain game saja maupun belajar. Firman Tuhan ini mengajak kita untuk rajin berdoa agar selalu dekat pada Nya. Tuhan memang tidak menjanjikan kesenangan dalam waktu dekat namun bisa menjanjikan untuk akan selalu memberi jalan keluar terhadap masalah yang kita hadapi. Dan kebahagiaan itu sendiri akan kita rasakan pada waktu yang tepat.
Berdoa, puasa dan mengasihi sesama harus diungkapkan dengan tindakan konkret misalkan membela keadilan dikelas, membantu yang miskin dengan memberi makanan, pakaian yang kita punya, memberi waktu untuk mem bantu teman dalam kesulitan mengerjakan pr.
Refleksi :
Apakah kita siap melaksanakan tantangan berpuasa kita ? Sekalipun kita merasa gagal apakah kita akan menyerah dengan hal tersebut ? Dengan kita melaksanakan puasa kita apakah kita bisa untuk mengubah diri kita untuk menjadi lebih dekat akan Tuhan ?
Doa :
Tuhan Yesus Kristus berilah kami keteguhan hati dan dampingilah kami dalam melaksanakan aksi puasa kami. Kami manusia terkadang merasa gagal dan mencoba menyerah akan hal itu. Namun kami percaya Engkau akan setia mendampingi kami membimbing kami dalam berpuasa selama masa pra paskah. Maka berkatilah seluruh hati dan pikiran kami agar kami bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan dekat dengan Engkau melalui puasa tersebut.
Aksi : Buatlah sebuah komitmen untuk mencoba untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi dalam berpuasa tersebut.
-Khansa, kelas 9B OSIS SMP Abdi Siswa Bintaro
Sabtu setelah Rabu Abu
Lukas 5:27-32
5:27 Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku! ” 5:28 Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. 5:29 Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. 5:30 Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa ? ” 5:31 Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; 5:32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.
Renungan:
Carilah Orang Yang Tidak Sempurna
Teman Teman Bapak Ibu Guru yang di kasihi Tuhan.
Ada seorang yang kaya raya dan berlimpah emas dan barang barang mewah lainnya namun walau dia seorang yang sangat kaya dan terhormat dari antara keluarga nya,orang ini sering berbuat hal yang jahat di mata Tuhan Allah yang telah melahirkan dia dan telah memberikan dia rejeki yang berlimpah namun walau dia banyak berbuat hal jahat namun di lubuk hatinya ia ingin sekali bertobat namun terus terhalang karena bisik bisik dari setan yang di bisikan kepada nya. Pada suatu hari ada seorang dari daerah yang sanagt jauh tempatnya dari dia dan dia bertemu dengan seorang yang kaya tersebut dan berkata kepadanya: Marilah ikutulah aku biaraku mengajarkan mu bagaimana cara menjadi orang yang taat dan setia kepada Tuhan orang ini tahu bahwa dia sedang berkata kepada orang yang tak sempurna( orang berdosa ) namun dia tetap memilih nya untuk mengikuti dia supaya di ajarkan bagaimana cara taat dan setia kepada Tuhan. Seperti yang di lakukan Yesus kepada orang Lewi pemungutcukai itu yang berdosa sebab Ia Berfirman *bahwa Aku datang di dunia ini bukan mencari orang yang sempurna namun Aku datang untuk mencari orang yang tersesat dan orang yang berdosa serta hancur hatinya. Dan orang tersebut menerimanya tanpa ada rasa curiga sekalipun dia rela melupakan seluruh kekayaan nya demi mengikuti TuhanYesusKristus dengan cara memikul salib kelidupan nya dengan cara melupakan seluruh kekayaan nya dan tidak menggunakan sedikit/sepeserpun dari hartanya untuk meringankan jalan nya sama seperti YesusKristus Dia lahir di bumi dan memikul salib kelidupan nya dengan berbagai penderitaan dan dia tidak menggunakan kuasaNya sedikit pun untuk meringankan jalan Nya untuk menjadi Juruslamat Dunia. Mengikuti TuhanYesus itu harus siap jika kalian kehilangan harta kalian sebab ingatlah harta hanya titipan dari Tuhan.Marilah teman teman bapak ibu guru yang di kasihi Kristus marilah kita sekarang menggunakan harta dunia kita untuk membantu orang orang yang memerlukan sebagai salah satu cara kita untuk mengikuti YesusKristus.
Refleksi:
Siapakah di antara kalian yang ingin melupakan harta kekayaan kalian demi mengikuti Tuhan? Jika kalian ingin mengikuti Tuhan dengan merelakan harta kalian Diberkatilah kalian sebab ada tertulis Terpujilah mereka yang kaya namun mau memberikan kekayaan nya kepada orang orang yang memerlukan.
Doa:
TuhanYesus Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, Ajarilah kami Tuhan untuk rela menggunakan kekayaan kami untuk hal yang baik baik dan Ajarilah kami cara yang benar mengikuti Engkau dan memikul salib kehidupan ini tanpa mengeluh dan dengan penuh iman supaya jangan kami berubahsetia kepada Bapa yang telah melahirkan kami, ingatkanlah kami juga ya Bapa bahwa kamu bisa hidup di dunia ini berkat kemurahan Mu TuhanYesus. dan dengan penderitaan serta sengsara PutraMu YesusKritus Tunjukanlah belaskasihanMu kepada Jiwa Jiwa di api penyucian Kasihanilah mereka Ampunilah Dosa mereka dan hantarkan lah mereka kepada kehidupan Yang kekal Demi Kristus pengantara kami Amin.
Aksi:
Gunakan lah Kekayaan mu itu untuk membatu sesama mu manusia yang membutuhkan dan untuk dana Pembangunan Gereja sebagai salah satu Contoh mengikuti TuhanYesus dengan segenap hati dan memikul Salib Kehidupan dengan penuh iman tanpa mengeluh.
Hubert Tedja Kelas 9B SMP ABSIS Bintaro
Minggu Pekan Pra Paskah I
Matius 4:1-11
Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Tetapi Yesus menjawab: ”Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Yesus berkata kepadanya: ”Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: ”Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalah Yesus kepadanya: ”Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
Renungan :
Taat Meski Berat
”Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Mat 4: 10)
Suster, Bapak dan Ibu guru dan anak-anak yang dikasihi Tuhan, terkadang dalam hidup kita selalu diiringi oleh godaan – godaan duniawi yang sangat bertentangan dengan ajaran Yesus. Dalam bacaan injil sebelumnya Yesus dicobai oleh iblis di padang gurun. Walaupun godaan melanda mulai dari lapar, mencobai Tuhan, dan ditawari kuasa yang besar. Walaupun begitu Tuhan tetap teguh dalam menahan godaan dan tetap setia kepada Bapa-Nya
Yesus mengalami godaan, setanm tetapi ketaatan dan kedekatan Yesus dengan Bapa membuat Ia mampu dan setia sampai akhir dan tidak jatuh dalam godaan setan. Yesus adalah contoh selakigus kekuatan yang mendorong kita untuk setia melakukan kehendak Allah dan mejauhkan diri dari goadaan setan.
Suster, Bapak dan Ibu guru dan anak-anak yang dikasihi Tuhan. Hidup memang penuh cobaan tetap taat meskipun cobaan itu berat dan jika engkau merasa putus asa Tuhan tahu batas kemampuanmu dalam menghadapi cobaan.
Refleksi:
Apakah sekarang ini kita tetap taat kepada Tuhan dalam menghadapi cobaan?
Doa:
Tuhan Yesus Kristus berilah kami kekuatan berkat rahmat-Mu agar dikuatkan dalam menghadapi segala cobaan yang melanda. Kami manusia yang rapuh dan lemah yang selalu mudah jatuh dalam pencobaan. Namun kami percaya segala cobaan yang diberikan dapat kami lalui dengan bantuan rahmat-Mu ya Tuhan, sekalipun kami gagal dalam menghadapi cobaan Engkau akan tetap menyertai dan menguatkan kami.
Aksi:
Buatlah komitmen untuk tidak jatuh dalam pencobaan dengan mengganti ke hal yang lebih positif dan berdoa kepada Tuhan untuk menguatkan kita dalam menghadapi cobaan.
Jason Wijaya kelas 9B SMP ABDIS SISWA Bintaro
Senin Pekan PraPaskah I
Matius 25:31-46
“Apabila Anak Manusia datang sebagai Raja diiringi semua malaikat-Nya, Ia akan duduk di atas takhta-Nya yang mulia. Segala bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya. Lalu Ia akan memisahkan mereka menjadi dua kumpulan seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Orang-orang yang melakukan kehendak Allah akan dikumpulkan di sebelah kanan-Nya, dan yang lain di sebelah kiri-Nya. Kemudian Raja itu akan berkata kepada orang-orang di sebelah kanan-Nya, ‘Marilah kalian yang diberkati oleh Bapa-Ku. Masuklah ke dalam Kerajaan yang disediakan bagimu sejak permulaan dunia. Sebab pada waktu Aku lapar, kalian memberi Aku makan, dan pada waktu Aku haus, kalian memberi Aku minum. Aku seorang asing, kalian menerima Aku di rumahmu. Aku tidak berpakaian, kalian memberikan Aku pakaian. Aku sakit, kalian merawat Aku. Aku dipenjarakan, kalian menolong Aku.’ Lalu orang-orang itu akan berkata, ‘Tuhan, kapan kami pernah melihat Tuhan lapar lalu kami memberi Tuhan makan, atau haus lalu kami memberi Tuhan minum? Kapan kami pernah melihat Tuhan sebagai orang asing, lalu kami menyambut Tuhan ke dalam rumah kami? Kapan Tuhan pernah tidak berpakaian, lalu kami memberi Tuhan pakaian? Kapan kami pernah melihat Tuhan sakit atau dipenjarakan, lalu kami menolong Tuhan?’ Raja itu akan menjawab, ‘Ketahuilah: waktu kalian melakukan hal itu, sekalipun kepada salah seorang dari saudara-saudara-Ku yang terhina, berarti kalian melakukannya kepada-Ku!’ Lalu Raja itu akan berkata kepada orang-orang di sebelah kiri-Nya, ‘Pergilah dari sini, jahanam! Masuklah ke dalam api yang tidak bisa padam, yang sudah disediakan bagi Iblis dan malaikat-malaikatnya! Sebab pada waktu Aku lapar, kalian tidak memberi Aku makan; pada waktu Aku haus, kalian tidak memberi Aku minum. Aku seorang asing, kalian tidak menerima Aku di dalam rumahmu. Aku tidak berpakaian, kalian tidak memberi Aku pakaian. Aku sakit dan dipenjarakan, kalian tidak merawat Aku.’ Lalu mereka akan berkata kepada-Nya, ‘Tuhan, kapankah kami melihat Tuhan lapar, atau haus, atau sebagai seorang asing, atau tidak berpakaian, atau sakit, atau dipenjarakan, dan kami tidak menolong Tuhan?’ Raja itu akan menjawab, ‘Ketahuilah: pada waktu kalian tidak mau menolong salah seorang yang terhina ini, berarti kalian tidak mau menolong Aku.’ Maka orang-orang itu akan dihukum dengan hukuman yang kekal, sedangkan orang-orang yang melakukan kehendak Allah akan mengalami hidup sejati dan kekal.”
Renungan
“PENGHAKIMAN YANG TERAKHIR”
Apabila Anak Manusia dating dalam kemulian-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemulian-Nya. (Mat.25:31)
Suster bapak dan ibu guru dan anak-anak yang dikasihi Tuhan,
Ada seorang remaja yang selama hidupnya tidak pernah melayani Tuhan dan sesamanya. Ia tidak pernah membantu sesamanya yang kurang mampu walaupun, ia sering melihat di jalan raya banyak anak-anak seusianya bahkan lebih kecil sudah dipaksa untuk mencari uang demi sesuap nasi. Ia hanya memperhatikan, tetapi hatinya tidak pernah tergerak untuk membantu sedikitpun. Pada masa pra paskah ini, ia ingat bahwa dalam masa ini, ia harus berderma. Ia akhirnya memutuskan untuk mulai membantu sesama dengan menyisihkan uang jajannya sebagian untuk diisi di kotak APP yang tersedia di sekolahnya, yang nantinya uang yang terkumpul di kotak APP tersebut, akan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Awalnya ini bukanlah hal yang mudah baginya. Hatinya sering tergoda untuk hal-hal lain selain untuk berderma. Dia sempat ingin menyerah, tidak mau lagi berderma. Namun ia mulai merubah lagi dirinya. Ia ingin dirinya berguna untuk sesama. Selain ia berderma, di masa pra paskah ini ia menjadi lebih sering berdoa. Ia juga suka mendoakan orang-orang yang kurang mampu. Ia pun mulai terlibat dalam pelayanan gereja seperti menjadi anggota choir, dan menjadi putra/i altar. Ia juga mengajak keluarganya, sanak saudara, dan teman-teman untuk ikut berderma. Pada akhirnya, ia sadar bahwa ia perlu memperhatikan sesama di sekitarnya dan jangan memperhatikan untuk diri sendiri saja. Firman Tuhan ini mengajak kita untuk mulai melayani Tuhan dan melayani sesama. Ini bukanlah hal yang mudah untuk kita lakukan. Tetapi percaya saja bahwa Tuhan akan membalas semua perbuatan kita nanti di waktu yang tepat.
Refleksi:
Apakah kita siap untuk mulai melayani Tuhan dan sesama? Sekalipun kita akan gagal, apakah kita akan mudah menyerah? Dengan melakukan apa untuk kita bisa melayani Tuhan dan sesama?
Doa:
Ya Bapa Yang Maha Kasih dan Penyayang, berilah kami kesadaran untuk mulai melayani Engkau dan sesama kami Ya Bapa. Berilah kami hati yang teguh dan dampingilah kami selalu dalam melakukan aksi pra paskah. Kami terkadang sering merasa gagal dan ingin menyerah. Namun, kami percaya Engkau akan menolong kami untuk bangkit dari kegagalan kami. Berkatilah kami yang sedang berpuasa dalam masa pra paskah ini. Jauhkanlah hati kami dari segala cobaan yang jahat, agar kami bisa menjadi pribadi yang lebih dekat pada-Mu dan melakukan segala perintah-Mu. Demi Kristus Tuhan Kami. Amin
Aksi:
Buatlah sebuah komitmen untuk mulai Melayani Tuhan dan Sesama melalui perbuatan sehari-hari dan bertanggung jawablah terhadap komitmen yang sudah dibuat.
Nadine Elizabeth Tjhan, Kelas 9B OSIS SMP ABDI SISWA BINTARO
Selasa , Pekan Prapaskah I
Matius 6:7-15
Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian : Bapa kami yang di sorga , Dikuduskanlah nama-Mu , datanglah Kerajaan-Mu , jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat . (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. “
Renungan:
Buah dari doa adalah mengampuni
Komunikasi yang baik terjadi bila kedua bela pihak yang saling berkomunikasi baik akhirnya saling memahami. Berdoa adalah berkomunikasi dengan Tuhan . Allah adalah Bapa yang sangat mencintai, peduli, dan menginginkan kita bahagia. Melalui firman-Nya, Allah akan melaksanakan Penebusan-Nya, yaitu memulihkan keselamatan kita. Karya Allah itu selalu membutuhkan tanggapan hati kita agar kehendak-Nya benar terwujud dan Dia sungguh merajai kita.
Pertobatan prapaskah berarti menanggapi tawaran pengampunan Allah dengan memberikan pengampunan kepada sesama. Pengampunan kita akan membuat pengampunan Allah kepada kita lebih efektif dalam hidup kita sehari-hari. Jika kita menolak untuk mengampuni maka hati kita akan tertutup sehingga pengampunan Allah kepada kita juga tidak akan bermanfaat bagi sesama.
Refleksi:
Sudahkah kita kita memilki sikap doa yang baik? Sudahkah membuka hati saya untuk mengampuni teman saya?
Aksi:
Aku akan mendoakan teman yang sudah melukai hatiku dan berusaha untuk mengampun.
Doa :
Bapa yang maharahim, sadarkan kami untuk menanggapi sabda-Mu yang mengajarkan kami tentang berdoa dan mengampuni. Hapuskanlah keangkuha di dalam diri kami sehingga kami siap untuk mengampuni sesama kami dengan tulus dan sungguh hati. Amin
Graziella kelas 9 SMP ABDI SSIWA BINTARO
Lukas 11:29-32
11:29 Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 11:30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. 11:31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! 11:32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”
RENUNGAN:
Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.
Suster, Bapak dan Ibu Guru dan teman-teman terkasih,
Kebanyakan dari manusia terlahir dengan lima indra yang semuanya berfungsi dengan baik. Karenanya, kita dapat berlari, kita dapat mencium bau, dan kita dapat melakukan aktifitas indra sebagaimana mestinya. Singkat kata, kita dapat menggunakan kelima panca indra kita sebagaimana mestinya. Namun ada di antara kita, ada saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita, ada saudara-saudara kita yang tidak dapat melihat indahnya pelangi, ada saudara-saudara kita yang tidak dapat mendengar indahnya alunan musik dan nada pula saudara-saudara kita yang tidak pernah berkata kalau dia sedang sedih atau senang. Tapi, ada sesuatu yang seringkali tidak kita punyai tapi mereka punya. Yaitu kepercayaan. Mereka percaya kalau pelangi itu indah walau tidak melihat. Mereka percaya kalau musik itu merdu walaupun tidak mendengar dan mereka pernah merasa sedih dan senang walau mereka tak mampu mengucapkannya.
Kita yang terlahir dengan lima indra yang sempurna ini seringkali tidak percaya. Kita seringkali tidak percaya kalau kita tidak melihat bukti, kita tidak percaya jika kita tidak mendengar, dan kita tidak percaya kalau tidak terucap. Jika halnya demikian, kita termasuk orang-orang yang dikecam oleh Yesus karena kita kurang percaya Injil Hari ini berbicara tentang tanda Nabi Yunus. Di mana orang-orang yang kurang percaya selalu menuntut tanda. Mereka menuntut tanda-tanda yang dapat ditangkap oleh indra. Mereka tidak dapat percaya. Padahal mereka sendiri telah berulangkali melihat tindakan Yesus mulai dari membuat mujizat sampai meyembuhkan orang yang sakit. Tapi sepertinya mereka belum percaya juga.karena itu, Yesus mengatakan bahwa satu-satunya tanda yang akan mereka dapatkan ialah tanda nabi Yunus. Pada zaman nabi Yunus, orang-orang Niniwe bertingkah tidak baik. Maka Tuhan mengutus nabi Yunus untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang Niniwe, bahwa dalam waktu empat puluh hari jika Niniwe tidak bertobat maka Niniwe akan dihancurkan. Apa yang terjadi selanjutnya, Niniwe berpuasa dan akhirnya bertobat. Maka Tuhan Yesus juga ingin menjadi tanda seperti nabi Yunus. Tuhan Yesus ingin menjadkan dirinya tanda bagi dunia bahwa kerajaan Allah sudah datang. Namun Kita seringkali menjadikan diri kita orang yang kurang percaya. Kita cenderung menuntut tanda yang dapat ditangkap oleh indra.
Maka, belajar dari injil hari ini, kita dapat belajar dari saudara-saudara kita yang mungkin tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar dan bahkan tidak dapat berbicara tapi mereka senantiasa percaya. Masa Prapaskah adalah masa yang tepat untuk berubah. Mari kita mengubah sikap kita mulai dengan hal-hal kecil. Kita dapat mulai sikap percaya kita dengan percaya pada Tuhan yakni dengan cara percaya bahwa Ia senantiasa hadir dalam orang-orang disekitar kita terutama yang membutuhkan.
DOA:
Tuhan, kasih-Mu sungguh luar biasa untuk hidup kami. Bantulah kami untuk melihat semuanya itu. Bukalah mata hati kami terlebih bagi kami yang kurang percaya dan ingin selalu menuntut bukti ini. Amin.
AKSI
Mari kita mengubah sikap kita mulai dengan hal-hal kecil. Kita dapat mulai sikap percaya kita dengan percaya pada Tuhan yakni dengan cara percaya bahwa Ia senantiasa hadir dalam orang-orang disekitar kita terutama yang membutuhkan.
Fransiskus Satria kelas 9B SMP ABDI SISWA BINTARO
Yesus Dipersembahkan di Bait Allah
Jumat Pekan Biasa IV
Mal. 3:1-4/Heb 2:14-18/Luk. 2:22-40 or 2:22-32
Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat Musa, Maria dan Yusuf membawa Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah.” Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Waktu itu adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya yang menantikan penghiburan bagi Israel; Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah. Ketika Yesus dibawa masuk oleh orang tua-Nya, untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” Yusuf dan Maria amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka, dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangunkan banyak orang di Israel, dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” Ada juga disitu seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer, namanya Hana. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah menikah, ia hidup tujuh tahun bersama suaminya dan sekarang ia sudah janda, berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat Yesus dipersembahkan di Bait Allah, Hana pun datang ke Bait Allah, dan bersyukur kepada Allah serta berbicara tentang Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Setelah menyelesaikan semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah Maria dan Yusuf serta Yesus ke kota kediamannya, yaitu Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Renungan:
Kita pasti pernah memiliki pengalaman memberikan sesuatu baik itu hanya sekedar memberi atau kita persiapkan dengan sungguh-sungguh karena akan diberikan kepada orang yang istimewa. Persembahan bukanlah hal yang biasa, persembahan adalah hal yang istimewa. Berbeda dengan memberi yang mungkin merupakan hal yang biasa atau ditujukan ke orang yang biasa, persembahan adalah memberikan sesuatu yang istimewa kepada orang yang istimewa pula.
Seperti bacaan injil hari ini, Yesus dipersembahkan di Kenisah. Menurut tradisi Israel seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah,” Bunda Maria dan Santo Yusuf juga mempersembahkan Yesus kepada Allah, mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Itu semua mereka lakukan karena ketaatannya kepada Allah yang tulus. Di sisi lain Yesus juga merupakan bentuk kasih Allah yang penuh kepada manusia, tanda menebusan dosa-dosa manusia. Maukah kita untuk memberikan diri seutuhnya kepada Tuhan dan menjadi saluran berkat Tuhan bagi sesama?
(Aji Krismawandaru/ GAK SMP Katolik Sang Timur Jakarta)
S. Ansgarius, uskup
S. Blasius, uskup dan martir
Ibr. 13:1-8/Mrk. 6:14-29
Pada waktu itu Raja Herodes mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya memang sudah terkenal, dan orang mengatakan, “Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati, dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.” Yang lain mengatakan, “Dia itu Elia!” Yang lain lagi mengatakan, “Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu.” Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata, “Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan kini bangkit lagi.” Memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegur Herodes, “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” Karena kata-kata itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci; jadi ia melindunginya. Tetapi setiap kali mendengar Yohanes, hati Herodes selalu terombang-ambing; namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes – pada hari ulang tahunnya – mengadakan perjamuan untuk para pembesar, para perwira dan orang-orang terkemuka di Galilea. Pada waktu itu puteri Herodias tampil lalu menari dan ia menyukakan hati Herodes serta tamu-tamunya. Maka Raja berkata kepada gadis itu, “Mintalah dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!” Lalu Herodes bersumpah kepadanya, “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun itu setengah dari kerajaanku!” Anak itu pergi dan menanyakan ibunya, “Apa yang harus kuminta?” Jawab ibunya, “Kepala Yohanes Pembaptis!” Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta, “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis dalam sebuah talam!” Maka sangat sedihlah hati raja! Tetapi karena sumpahnya dan karena segan terhadap tamu-tamunya, ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu dalam sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu, dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kubur.
Renungan:
Setiap dari kita pasti sudah pernah melakukan sebuah kesalahan baik yang merugikan diri kita sendiri maupun merugikan orang lain. Ketika hal itu terjadi entah sadar atau tidak akan membuat kita cemas dan tidak tenang. Kita merasa tidak tenang cemas, khawatir dan mengusik hati. Dan ketika ada hal yang mengingatkan hal tersebut kemudian kita merasa bersalah. Begitu jugalah yang dialami Herodes. Dalam bacaan injil hari ini digambarkan Herodes yang dihantui rasa bersalah karena telah melakukan hal yang tidak benar. Ketika akan melakukan suatu hal sebenarnya kita sudah memiliki pengetahuan tentang mana hal yang baik dan harus dilakukan dan mana hal yang buruk yang seharusnya kita hindari. Tetapi terkadang kita tergoda oleh karena keegoisan kita dan lebih memilih melakukan hal yang buruk. Dan lebih parahnya lagi mungkin kita bertindak seperti Herodes yang menutupi kesalahannya dengan kembali berbuat kesalahan yang lain. Namun sebenarnya dilubuk hati kita yang terdalam ada suara hati yang selalu berbisik agar kita selalu memilih hal-hal yang baik dan benar. Pertanyaan bagi kita, beranikah kita di masa prapaskah ini sedikit menepi dan mencoba untuk kembali menemukan dan mendengarkan suara hati kita?
(Aji Krismawandaru/ GAK SMP Katolik Sang Timur Jakarta)
Sabtu Pekan Biasa IV
Santa Perawan Maria
Ibr. 13:15-17, 20-21/Mrk. 6:30-34
Sekali peristiwa, Yesus mengutus murid-murid-Nya mewartakan Injil. Setelah menunaikan perutusannya, mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Renungan:
Ketika melakukan suatu yang kita sukai entah itu bekerja ataupun belajar terkadang membuat kita lupa waktu. Kita terlalu asik dengan yang kita kerjakan, sampai-sampai kita lupa istirahat, lupa makan. Hal itu jugalah yang dialami oleh para murid Yesus yang sangat bersemangat menjalankan perutusannya mewartakan dan mengajarkan iman. Sehingga Yesus pun mengajak para murid-Nya untuk ketempat yang sunyi supaya mereka bisa sendirian dan beristirahat. Hal tersebut mereka lakukan bukan karena mereka lelah dengan apa yang mereka lakukan tetapi agar mereka tidak hayut pada popularitas diri. Waktu itu pewartaan dan pengajaran Yesus merupakan suatu hal yang luar biasa, membuat banyak orang tertarik dan ingin mengikuti-Nya. Hal itu berdampak pula kepada para murid Yesus yang juga menjadi perhatian banyak orang oleh karena pengajaran yang mereka berikan. Dengan mengajak ke tempat yang sepi, Yesus tidak hanya mengajak para murid-Nya untuk beristirahat tetapi agar mereka bisa sendirian, bisa menarik diri dan memurnikan motifasi pengajaran yaitu untuk Allah sendiri. Oleh karena itu marilah kita di masa prapaskah ini belajar untuk menarik diri, menemukan kembali motifasi-motifasi dasar kita melakukan hal baik bukan untuk kepopuleran diri kita tetapi untuk orang lain, menjadi saliran berkat Allah bagi sesama kita.
(Aji Krismawandaru/ GAK SMP Katolik Sang Timur Jakarta)
Hari Minggu Biasa V
Is 58:7-10/1 Cor 2:1-5/Mat. 5:13-16
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Renungan:
Setiap makan rasa yang hampir selalu kita rasakan adalah rasa asin, dan tak jaran ketika suatu hidangan kurang rasa atau hambar yang pertama kita cari adalah garam agar bisa kita tambahkan ke makanan tersebut sehingga terasa lebih baik. Begitu juga dengan terang, segala benda bisa kita lihat bila ada penerang terlebih di malam hari. Baik garam maupun terang diperlukan dan berguna bagi kehidupan manusia. Seperti perumpamaan dalam bacaann injil hari ini, kita diajak agar bisa menjadi garam dan terang dunia. Artinya adalah agar keberadaan kita bisa bermaanfaat dan menjadi berkat bagi sesama. Seperti halnya garam dan terang untuk menjadi berkat dan bermanfaat bagi sesama tidak perlu dengan hal-hal yang besar, hal itu bisa kita lakukan dengan sederhana namun bermakna. Pertanyaannya adalahh maukah kita menjadi gaaram dan terang dunia?
(Aji Krismawandaru/ GAK SMP Katolik Sang Timur Jakarta)
S. Paulus Miki, imam, dan kawan-kawan, martir
Kej. 1:1-19/Mrk. 6:53-56
Setibanya di seberang, Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya
Renungan:
Pengajaran Yesus sungguh luar biasa dan selalu menarik perhatian banyak orang. Tidak hanya sekedar mengajar, hampir di setiap pengajaran-Nya Yesus juga melakuan mukjizat-mukjizat. Maka tidak heran di setiap keberadaan Yesus pasti menarik perhatian banyak orang bahkan seperti dalam injil hari ini setibanya di Genesaret banyak orang yang datang membawa orang-orang yang sakit kepada Yesus agar disembuhkan. Bahkan dengan besarnya iman mereka kepada Yesus mereka percaya hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja mereka akan sembuh. Itu adalah gambaran iman orang-orang di zaman Yesus. Bagi kita saat ini untuk beriman, tidak perlu kita menunggu mukjizat-mukjizat dari Yesus yang menyembuhkan banyak orang, tetapi bagaimana kita bisa menyadari dan bersyukur atas banyak berkat Tuhan yang kita rasakan di setiap saat dan setiap waktu. Pertanyaan reflektif bagi kita adalah apakah kita sudah menyadari dan mensyukuri segala berkat Tuhan bagi kita?
(Aji Krismawandaru/ GAK SMP Katolik Sang Timur Jakarta)
Selasa Pekan Biasa V
Kej. 1:20—2:4a/Mrk. 7:1-13
Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”. Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban – yaitu persembahan kepada Allah, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”
Renungan:
Apabila kita perhatikan lagi di sekolah pasti memiliki peraturan dan tata tertib, mulai dari seragam apa yang harus kita pakai, jamberapa harus masuk sekolah sampai dengan bagaimana kita harus bersikap dan sopan santun. Adanya aturan dan tata tertib tersebut harus dilakukan oleh setiap siswa yang pada dasarnya adalah untuk mengatur segala sesuatu agar proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Peraturan dan tata tertib tersebut diadakan tidak untuk membebani siswa sehingga ketika peraturan dan tatatertib itu dijalankan tidak sekedar berjalan tetapi menjadi dasar dalam bersikap dan berperilaku dilakukan dengan sepenuh hati sehingga sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk menimba ilmu tetapi juga sekaligus juga menjadi tempat untuk pendidikan karakter siswa. Pertanyaan reflektif bagi kita adalah apakah kita bersedia menjalankan segala peraturan dan tata tertib yang ada dengan sepenuh hati?
(Aji Krismawandaru/ GAK SMP Katolik Sang Timur Jakarta)
Rabu Pekan Biasa V
S. Hieronimus Emilianus
S. Yosefina Bakhita, perawan
Kej. 2:4b-9, 15-17/Mrk. 7:14-23
Pada suatu hari, Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka, “Dengarkanlah Aku, dan camkanlah ini! Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya!” Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar! Sesudah itu Yesus masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak. Maka murid-murid bertanya kepada Yesus tentang arti perumpamaan itu. Yesus menjawab, “Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Camkanlah! Segala sesuatu yang dari luar masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskan dia, karena tidak masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya lalu dibuang di jamban.” Dengan demikian Yesus menyatakan semua makanan halal, Yesus berkata lagi, “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya! Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Renungan:
Makan merupakan hal yang pokok bagi kehidupan manusia. Perihal makan orang Farisi menanyakan makanan itu najis atau tidak yang juga berkaitan dengan kesucian seseorang. Dari bacaan injil hari ini Yesus menyatakan “Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya!” Artinya adalah yang mengurangi nilai kesucian seseorang bukan karena makanan atau minuman tetapi lebih karena perilaku negative yang dilakukan dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Pertanyaan reflektif bagi kita adalah apakah di masa prapaskah ini kita mau menepi dan mengkoreksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi?
(Aji Krismawandaru/ GAK SMP Katolik Sang Timur Jakarta)
Kamis Pekan Biasa V
Kej. 2:18-25/Mrk. 7:24-30
Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Galilea dan berangkat ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya. Tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah di situ ada seorang ibu, yang anak perempuannya kerasukan roh jahat. Begitu mendengar tentang Yesus, ibu itu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani berkebangsaan Siro-Fenisia. Ia mohon kepada Yesus supaya mengusir setan dari anaknya. Yesus lalu berkata kepadanya, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu! Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi perempuan itu menjawab, “Benar, Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Lalu Yesus berkata kepada perempuan itu: “Karena kata-katamu itu, pulanglah, sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Perempuan itu pulang ke rumah dan mendapati anaknya terbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.
Renungan:
Dari bacaan injil hari ini kita mendengarkan bersama menunjukkan bahwa mukjizat Yesus masih menjadi perhatian sehingga orang-orang datang kepada Yesus. Seperti halnya seorang ibu Siro-Fenisia yang datang dan memohon kepada Yesus agar menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan roh jahat. Tetapi yang menjadi permasalahannya adalah sang ibu tadi berasal dari Siro-Fenisia yang tidak menjadi bagian dari bangsa Israel. Sehingga Yesus berkata kepadanya, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu! Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi karena besarnya iman dan pengharapannya sang ibu tadi pun menjawab “Benar, Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Dan karena jawaban sang ibu yang penuh iman dan pengharapan itulah yang menyembuhkan anaknya. Pertanyaan reflektif bagi kita apakah kita sudah menjadi pribadi yang beriman dan mendasarkan hidup kita kepada Yesus?
(Aji Krismawandaru/ GAK SMP Katolik Sang Timur Jakarta)
Pekan Pra Paskah ke-2
Bacaan : Matius: 23:1-12
Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
RENUNGAN:
TANGGALKAN TOPENG KEMUNAFIKAN
Suster, Frater, Bapak, Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Barang kali kita sering mendengar sebagian orang yang suka flexing tentang koleksi gadget, mobil, rumah, dan harta kekayaan yang lain.
Dalam Bacaan hari ini, Yesus mengecam sikap para pemuka agama Yahudi yang tidak sesuai antara kata-kata dan perbuatan, antara yang penampilan dan kepribadian, yang lahir dan yang batin. Yesus mengetahui tentang bahaya tipe manusia yang cenderung bersikap NATO (No Action, Talk Only ) sikap yang penuh kepura-puraan, kemunafikan dengan motivasi untuk mencari simpati atau pencitraan.
Dalam masa advent ini, kita diajak untuk meneladan sikap Yesus yang selalu menunjukkan perbuatan yang benar dan sesuai yang dikatakan bahkan berani menanggung segala resiko dari setiap kata dan perbuatan. Suka cita Natal yang dibawa Yesus jauh dari sikap pamer kemewahan namun kesederhanaan, pengorbanan yang membawa keselamatan.
REFLEKSI : Apakah kita sudah siap menyambut Natal dengan kesederhanaan, suka cita atau malah masih suka pamer kemewahan sekedar untuk mengikuti gaya hidup?
DOA :
Allah Bapa yang Maha Murah Hati, tiada hentinya kami syukur atas berkat yang selalu kami terima. Ampunilah kami jika kami masih suka berpura-pura demi mengikuti gaya hidup. Bantulah kami agar kami dapat semakin bersikap sederhana, rendah hati . Amin
Eustacheus Panca – GAK SMP Tarakanita Gading Serpong
Pekan Pra Paskah ke-2
Lukas 15:1-3, 11-32
Perumpamaan tentang anak yang hilang
Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh . Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh , ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”
RENUNGAN
Suster, Frater, Bapak, Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Cerita tentang anak yang hilang dalam Bacaan kitab suci hari ini merupakan cerita kitab suci yang sangat popular dan menarik. Biasanya kita lebih banyak menyalahkan anak bungsu yang cari kesenangan, lalu jatuh ke jurang sengsara. Namun pernahkah melihat dari sisi sebagai anak sulung, yang merasa selalu taat dan benar?
Itulah masalah orang Farisi, yang disorot Yesus. Mereka memandang orang lain berdosa, dan ukuran kekudusan adalah tidak berteman dengan pendosa. Padahal Yesus sering berada bersama orang berdosa. Bacaan Injil hari ini dengan tegas dalam perumpamaan tentang anak yang hilang ini, Yesus menggambarkan sifat Allah yang begitu besar mengasihani kita dan mengampuni dosa dan salah kita. Yesus menggambarkan tiga situasi yang mewakili kehidupan iman kita akan Tuhan.
Ketiga hal itu adalah dosa, pengampunan, dan sukacita. Sungguh sangat jelas, ketiga hal itu menjadi perjuangan yang silih berganti dalam pengalaman iman kita dalam hidup ini.
REFLEKSI
Apakah sikap kita sehari-hari lebih mirip dengan anak bungsu, anak sulung atau sikap Bapa yang murah hati ?
DOA
Ya Bapa yang Maha Rahim, kasihanilah jika kami masih sering mengikuti kesenangan kami daripada melaksanakan tugas utama kami seperti anak bungsu. Mampukan kami untuk menyambut kehadiran-Mu dengan melaksanakan tugas kami dengan penuh tanggung jawab.
Benedictus Bisma – SMP Tarakanita Gading Serpong
Pekan Pra Paskah ke-3
Bacaan : Yohanes 4 : 19 – 26
Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran ; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran .” Jawab perempuan itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.”
RENUNGAN
SEPENUHNYA PERCAYA KEPADA TUHAN
Suster, Frater, Bapak, Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk religius yang suka menyembah kepada Sang Pencipta. Jika manusia tidak menyembah Tuhan maka manusia mungkin akan menyembah kepada yang lain lainnya seperti, roh jahat, jabatan, harta bahkan menyembah dirinya sendiri.
Beriman kepada Tuhan Yesus dengan beriman kepada roh jahat, jabatan, harta dan diri sendiri memang beda tipis. Iman kepada Tuhan bukan lahir dari ketakutan, tetapi dari kesadaran untuk bertobat, mengasihi, taat, hormat dan memuliakan Tuhan.
Kesadaran tersebut melahirkan perasaan keterkaguman, ketakjuban luar biasa kepada Sang Ilahi dan kebutuhan bergantung hanya kepada Sang sumber hidup. Sedangkan iman kepada iblis muncul dari ketakutan terkena bala, penyakit, bencana, kecelakaan dll. Iman kepada iblis, jabatan, harta dan diri sendiri melahirkan kesombongan, percaya diri berlebihan dan sikap tidak memerlukan siapapun.
Beriman kepada Tuhan Yesus akan melahirkan sebuah kerinduan untuk berjuang mengalami perubahan karakter dari manusia lama dengan segala sifat buruk ke manusia baru dengan sifat yang baik dan benar.
REFLEKSI : Sejauh ini apakah anda sudah sepenuhnya hanya percaya dan menyembah kepada Tuhan atau ada godaan untuk berpaling menyembah kepada roh jahat, kepintaran, dan kesenangan yang sesaat saja?
DOA :
Allah Bapa yang Kekal dan kuasa, terkadang kami masih tergoda untuk percaya kepada kuasa roh jahat dan hal lain yang meyenangkan kami. Bantulah kami agar tetap percaya dan setia dan menyembah Engkau sumber keselamatan kami. Amin
E. Pancasetyanta – SMP Tarakanita Gading Serpong
Pekan Pra Paskah ke 3
Bacaan : Lukas 4:24-30
Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum! “ Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu. “ Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.”
Suster, Frater, Bapak, Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus, DIAKUI DAN Dihargai oleh orang lain adalah hal yang sangat menyenangkan. Bagi kita sebagai makhluk sosial, seringkali berharap bahwa tindakan yang kita lakukan mempunyai manfaat bagi orang lain. Apalagi ketika mendapatkan respon positif atas apa yang kita lakukan. Mendapatkan ucapan terima kasih, acungan jempol, atau bahkan hanya sebuah senyuman. Hal itu akan membuat diri kita merasa berguna. Perasaan berguna yang membuat yakin bahwa keberadaan kita diterima dan diakui orang lain. Namun niat dan tindakan baik ada kalanya direspon sebaliknya, yakni ditanggapi negatif yang antara lain berwujud sikap merendahkan, menolak, ataupun tidak menghargai.
Yesus mengajarkan, agar siap mental bagi seorang pewarta Injil. Demikian juga kita perlu siap diutus. Mungkin kita pernah ditolak karena sebelumnya tidak aktif menggereja ataupun tak aktif dalam pelayanan pewartaan. Tetapi melalui teladan Yesus, kita siap dibentuk menjadi pewarta yang tangguh, gigih, handal dan pantang menyerah, sebab Ia menyertai kita.
REFLEKSI : Apakah aku sudah siap diutus menjadi pewarta yang berani menghadapi berbagai macam tantangan di tengah-tengah keberagaman ini?
Doa : Ya Yesus, di kala aku letih dan lelah, segarkanlah aku agar tetap semangat menghadirkan wajah Allah dalam setiap kata dan tindakanku. Amin.
Maria Alfionita – SMP Tarakanita Gading Serpong.
Pekan Pra Paskah ke-3
Bacaan : Matius 18:21-35
Perumpamaan tentang pengampunan
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali? ” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu. “
RENUNGAN:
PENGAMPUNAN TAK TERBATAS
Suster, Frater, Bapak, Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Pernahkah teman teman disakiti , bahkan tidak hanya sekali tapi berulang kali menerima perlakukan yang demikian ? Mungkin ada di antara kita di sekolah atau di lingkungan bahkan dalam keluarga kita mengalaminya dan sering bergumul apakah harus terus-menerus memaafkan ?
Kenapa kita harus memberikan pengampunan yang tidak terbatas dan tidak terhitung? Karena Allah sudah terlebih dahulu memberikan kita pengampunan dosa di masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Pengampunan Allah melalui Tuhan Yesus itu penuh dan utuh. Karena itu, kita yang sudah diampuni secara utuh sudah sewajarnya menyatakan pengampunan meski dalam situasi menderita dan berduka. Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang raja yang mengadakan perhitungan utang pada hamba-hambanya dan didapati seorang yang berutang sebanyak sepuluh ribu talenta Dari perumpamaan itu, Tuhan Yesus menegaskan bahwa Allah Bapa juga tidak akan mengampuni jika orang tidak mengampuni saudaranya dengan segenap hatinya.
.
Gambaran utang hamba raja sebesar sepuluh ribu talenta kepada raja itu adalah gambaran dosa manusia di hadapan Allah. Jumlahnya sangat banyak jika dibandingkan dengan seratus dinar, utang orang kepada si hamba raja itu.Manusia sering tidak bisa mengampuni kesalahan sesamanya yang tidak seberapa. Tetapi, seberapa besar pun dosa manusia, Allah tetap membuka pintu pengampunan-Nya. KITA DISAKITI, TERLUKA DAN BERDUKA?
ALLAH ROH KUDUS BERBISIK LEMBUT DI TELINGA HATI KITA, “AMPUNILAH MEREKA.”
REFLEKSI : Sudahkah kita mampu mengampuni kesalahan orang lain atau masih meyimpan dendam terhadap orang yang telah menyakiti kita?
DOA :
Allah Bapa yang Maharahim. Terkadang kami masih sulit mengampuni orang lain yang menyakiti kami. Bantunlah kami agar mampu mengampuni kesalahan teman dan orang lain yang menyakiti kami dengan ikhlas hati. Amin.
Caesarius Kristyanto – SMP Tarakanita Gading Serpong
Pekan Pra Paskah ke-3
Bacaan : Matius: Matius 5:17-19
Yesus dan hukum Taurat
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Renungan : ANTARA HUKUM DAN KASIH
Suster, Frater, Bapak, Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Seringkali kita tergoda untuk mendapat pengetahuan agama dan menghafalka ayat kitab suci daripada melaksanakan pajaran dalam kitab suci. Bacaan Injil hari ini merupakan sindiran keras Yesus bagi orang yang mabuk dengan hukum dan perintah agama tanpa melaksanakan. Bisa jadi kita membayangkannya ada sekian ratus hukum yang harus dijalankan. Ada sekian pasal yang harus dihafal, maka bisa menjalankan. Maka seperti terasa berat untuk menjalankannya.
Padahal kalau kita cermati ajaran inti dari hukum taurat itu ialah hukum kasih. Jika aturan taurat itu membatasi, aturan kasih itu membebaskan. Kasih tidak mengenal usia, tidak mengenal tempat, tidak mengenal syarat-syarat yang sering kali menghambat aturan. Kasih itu bisa dilakukan siapa saja, dimana saja, kepada siapa saja, dan dalam wujud apa saja. Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama menjadi rangkuman dari Taurat. Itulah hukum baru yang diberikan oleh Yesus.
REFLEKSI : Sudahkan kita menjalankan ajaran tentang kasih dalam hidup sehari-hari atau kita masih sibuk membaca teori dan menghafal ayat kitab suci tentang kasih?
Doa: Tuhan, semoga kasihku selalu mengalir dari-Mu. Semoga sabda-sabda-Mu mampu membuatku kuat untuk menghadapi berbagai virus kehidupan. Amin.
Benedictus Bisma Anugerah – SMP Tarakanita Anugerah
Pekan Pra Paskah ke-2
Bacaan : Lukas 11:14-23
Yesus dan Beelzebul
Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.
RENUNGAN
Suster, Frater, Bapak, Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar berita bohong atau sejenisnya. Hal itu tersebut terjadi karena kita kebanyakan orang ” terlalu berasumsi”dan berpikir negatif terhadap orang lain. Kaum muda yang mudah mengakses internet juga tidak terlepas dari pengaruh berasumsi dalam bermedia sosial.
Dalam injil hari ini, Yesus dituduh dengan menyembuhkan orang karena kuasa Beelzebul. Kejam sekali tuduhan mereka dan tidak berdasar. Yesus difitnah, dituduh mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan. Artinya, Yesus bisa mengusir setan seperti itu hanya karena dibantu atau diberi kuasa oleh penghulu setan-setan. Yesus tidak punya kuasa apa-apa. Jadi jelas, fitnah itu bertujuan untuk mencemarkan atau merendahkan Pribadi Yesus dan kuasa yang bekerja di dalam Dia. Fitnah juga bertujuan untuk menolak apa yang Yesus lakukan, sekalipun itu telah membuat banyak orang heran.
Peristiwa Yesus difitnah memberikan beberapa pesan: Pertama, fitnah adalah karya setan yang bercokol dalam diri manusia untuk menghambat atau menghalangi hadirnya Kerajaan Allah, yang juga adalah Kerajaan Kebenaran. Kedua, jika suatu saat difitnah, hadapi fitnah tersebut dengan tenang. Ketiga, fitnah (berita bohong, hoaks) dipakai untuk memberikan opini publik bahwa Yesus tidak punya kuasa apa-apa, alias dimaksud-kan untuk mengaburkan gambaran tentang Yesus yang sebenarnya. Keempat, melalui fitnah, kita bisa memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk mewartakan kebenaran yang sejati. Ingat, setiap murid Yesus diutus untuk menjadi pewarta kebenaran
REFLEKSI : Apakah kita sudah siap menyambut Natal dengan dengan kabar yang suka cita dan harapan atau kita masih sibuk untuk mencari berita bohong sekedar untuk sensasi bahkan merugikan teman atau orang lain?
DOA :
Allah Bapa yang Maha Murah Hati, Ampunilah kami jika kami masih sering berpikir negative terhadap orang lain. Bantulah kami agar kami dapat semakin berpikir positif kepada orang lain dan percaya akan kehadiran-MU yang sebentar lagi kami rayakan dengan suka cita. Amin.
Rafael Satrio Manglassa – SMP Tarakanita Gading Serpong
Pekan Pra Paskah ke-2
Peringatan St. Patrik
Bacaan : Matius: 23:1-12
Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
RENUNGAN
Jangan tinggi hati dalam melayani Tuhan
Suster, Frater, Bapak, Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Kita mungkin akan jengkel kalau melihat orang yang sombong dan suka banyak tingkah
Dalam Injil, Yesus memperingatkan kepada para murid tentang ragi orang Farisi. “Mereka itu mengajarkan tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang.”
Sifat munafik yang ditonjolkan oleh pada pemimpin orang-orang Farisi. Tujuannya hanya pencitraan dan show off.
Para pemuka agama Yahudi senang disebut “Rabi” atau Yang Mulia. Senang disanjung dan dipuja-puja, suka pakai baju bernuasa agama.
Dari sikap-sikap seperti itu Yesus mengajarkan kepada kita, “Siapapun yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Barang siapa meninggikan diri, akan direndahkan, dan barang siapa merendahkan diri, akan ditinggikan.”
Yesus memberi teladan sikap rendah hati. Meskipun Yesus Putera Allah, Ia mau menjadi manusia. Walaupun disebut guru, Yesus mau membasuh kaki murid-Nya. Ia yang tidak berdosa, mau hidup menyatu dengan para pendosa.
Marilah merendahkan hati dan melayani karena demikianlah Tuhan memberi teladan kepada kita semua.
REFLEKSI : Apakah dalam hidup sehari-hari kita sering bersikap sombong atau rendah hati di dapan orang lain dan Tuhan ?
DOA :
Allah Bapa yang Maha Murah Hati, tiada hentinya kami syukur atas berkat yang selalu kami terima. Ampunilah kami jika kami masih suka berpura-pura demi mengikuti gaya hidup. Bantulah kami agar kami dapat semakin bersikap sederhana, rendah hati. Amin
Eustacheus Panca – GAK SMP Tarakanita Gading Serpong
Lukas 18 :9-14
“Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. .”
“Rendah Hati di Hadapan Tuhan”
“Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit,
melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”
RENUNGAN:
Pada bacaan njil hari ini, Yesus menampilkan perumpamaan dua orang yang berdoa di bait Allah, yakni seorang farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi adalah orang yang sombong, merasa diri paling suci di antara jemaat yang lain dan merasa paling dekat dengan Allah. Sedangkan pemungut cukai adalah orang yang berdosa dan merasa tidak layak untuk dekat bersama Allah. Namun demikian, Allah lebih mendengar doa pemungut cukai yang telah mengakui segala dosanya. Kerendahan hati pemungut cukai itulah yang dilihat Allah.
Zaman sekarang banyak sekali orang yang lebih melihat penampilan luar ketimbang apa yang ada di dalam hati seseorang. Padahal, Allah tidak melihat apa yang nampak di luar seperti rupa wajah kita, perawakan, kekuatan, kehebatan, atau kepintaran, melainkan isi hati kita. “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”
Kiranya kita dapat menjadi pribadi seperti layaknya si pemungut cukai, yang sadar akan dosanya. Menjadi pribadi yang merasa tidak layak di hadapan Tuhan, namun mau bertobat dan merendahkan diri seperti pemungut cukai, kita tentu akan mendapatkan anugerah keselamatan dari Tuhan.
REFLEKSI:
Apakah kita sudah merendahkan diri di hadapan Allah dan mengakui segala dosa-dosa kita? Apakah kita sudah menempatkan Yesus di dalam hati kita?
DOA:
“Allah yang penuh kasih, kami bersyukur atas hidup yang telah Engkau berikan kepada kami. Kami menyadari bahwa kami sering jatuh ke dalam dosa. Kami mohon kasihanilah kami orang berdosa ini. Jadikanlah aku hamba-Mu yang rendah hati. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin”
Angga Sri Prasetyo – GAK SMP PAHOA
Yohanes 9:1-41
” Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia. Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam. ” Siloam artinya: “Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek. Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata: “Bukankah dia ini, yang selalu mengemis? Ada yang berkata: “Benar, dialah ini.” Ada pula yang berkata: “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata: “Benar, akulah itu.” Kata mereka kepadanya: “Bagaimana matamu menjadi melek?” Jawabnya: “Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat. Lalu mereka berkata kepadanya: “Di manakah Dia?” Jawabnya: “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat. ” Sebagian pula berkata: “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu: “Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?” Jawabnya: “Ia adalah seorang nabi. Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya kepada mereka: “Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu: “Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri. Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa. Jawabnya: “Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya: “Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?” Jawabnya: “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?” Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: “Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang. Jawab orang itu kepada mereka: “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka: “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: “Percayakah engkau kepada Anak Manusia? Jawabnya: “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya. Kata Yesus kepadanya: “Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!” Katanya: “Aku percaya, Tuhan!” Lalu ia sujud menyembah-Nya. Kata Yesus: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta. Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta? Jawab Yesus kepada mereka: “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.
RENUNGAN
“Bukalah Hatimu Bagi Tuhan”
“Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya.”Kata Yesus kepadanya: “Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu! “Katanya: “Aku percaya, Tuhan!”
Injil pada hari bercerita tentang orang buta yang disembuhkan Yesus. Tindakan Yesus ini ternyata menimbulkan pertentangan di masyarakat. Ada yang mendukung dan ada pula yang menolak tindakan Yesus tersebut. Namun, yang menarik ialah bagaimana orang buta yang disembuhkan itu akhirnya mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Dari sana kita dapat melihat bagaimana proses seseorang bertumbuh dalam imannya: mulai dari menyebutkan “orang yang disebut Yesus, ke “Ia seorang Nabi”, lalu makin percaya dan mengatakan Yesus adalah Tuhan. Segala caci maki dan olok-olok tidak memadamkan imannya, melainkan semakin meyakinkan dirinya bahwa Yesus adalah Tuhan.
Kerapkali kita menghadapi berbagai situasi yang tidak mengenakkan yang membuat iman kita lemah. Melalui bacaan Injil hari ini kita diingatkan bahwa apa yang kita hadapi dalam hidup ini adalah proses bagi kita untuk semakin beriman kepada Yesus. Pengalaman suka maupun duka adalah proses bagi kita untuk mencintai Allah. Bukalah hatimu Bagi Tuhan dan Ia akan memberkati kalian.
REFLEKSI:
Sudahkah aku membuka hatiku bagi Allah dan membiarkan Dia berkarya dalam hidup kita?
DOA:
Allah Bapa yang Mulia, kami bersyukur atas segala apa yang kami alami dalam hidup kami, baik itu pengalaman menyenangkan maupun pengalaman menyedihkan. Kami mohon rahmat-Mu agar kami mampu menemukan Engkau dalam setiap langkah hidup kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami..Amin..
Angga Sri Prasetyo – GAK SMP PAHOA
Matius 1:16, 18-21.24a
Menurut silsilah Yesus Kristus, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.
“Percaya Pada Kehendak Allah”
“Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu,
sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”
RENUNGAN:
Injil hari ini bercerita tentang Santo Yusuf yang tulus hati. Bayangkan, mengetahui tunangannya sudah mengandung, bagaimana perasaan Yusuf? Tentu sedih tak terkira. Namun, melalui mimpi, malaikat meneguhkan hati Yusuf yang gundah gulana itu untuk jangan takut mengambil Maria sebagai isterinya, karena anak yang di kandungan itu berasal dari Roh Kudus. Hebatnya, karena iman yang kuat pada Allah, Yusuf percaya pada rencana Allah dan mau menjalaninya.
Banyaknya tantangan dan godaan dalam hidup ini kerap membuat kita menjauh dari Allah. Namun, hari ini, melalui kisah Santo Yusuf kita belajar untuk dapat menjadi manusia yang tulus, ikhlas dan sungguh percaya pada kehendak Allah sendiri. Segala perkara dapat kuhadapi dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
REFLEKSI:
Apakah kita sungguh-sungguh percaya pada kehendak Allah?
DOA:
Allah Bapa yang penuh Cinta, kami bersyukur atas teladan yang Kau berikan kepada kami melalui diri Santo Yusuf. Santo Yusuf mengajarkan kepada kami untuk menjadi pribadi yang tulus, ikhlas dan senantiasa percaya kepada Kehendak-Mu. Semoga kami dapat meneladan sikap hidup Santo Yusuf dalam hidup kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin
Angga Sri Prasetyo – GAK SMP PAHOA
Injil: Yohanes 5: 1-16
Bacaan:
Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya. Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka: “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya: “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
“Allah bersama kita”
Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, “Maukah engkau sembuh?”
RENUNGAN:
“Maukah engkau sembuh?” Pertanyaan ini diajukan Yesus kepada orang lumpuh yang sudah 38 tahun berbaring di dekat kolam Betesda dan merasa putus harapan dalam dirinya untuk dapat sembuh karena tidak ada orang yang mau membantunya untuk menurunkannya ke dalam kolam. Pertanyaan Yesus itu memberikan energi dan harapan baru bagi orang lumpuh itu untuk dapat sembuh. Yesus meminta orang lumpuh itu untuk berdiri dan membereskan tilamnya. Perintah yang tampak mustahil itu ternyata menjadi kenyataan, orang lumpuh itu berdiri dan membereskan tilamnya.
Hal yang kerapkali tidak bisa kita lakukan, biasanya terjadi pertama-tama bukan karena tindakan itu memang sulit, melainkan karena kita malas dan tidak punya niat untuk melakukan itu. Ketika kita mempunya niat dan mau memperjuangkannya dengan tekun dan setia, ternyata hal itu bisa kita lakukan
Itulah yang sebetulnya terjadi dengan sebuah mukjizat. Mukjizat terjadi ketika orang itu mau bekerja bersama dengan Tuhan. Ia tidak hanya menunggu pertolongan Tuhan secara pasif tapi mau membuka dirinya dan siap melakukan apa saja yang dikehendaki oleh Tuhan.
REFLEKSI:
Apakah kita masih punya alasan untuk tetap menyukai kebiasaan buruk kita? Apakah kita juga mau disembuhkanNya? Jika kita mau, apa niat-niat kita yang konkrit yang akan kita lakukan untuk pemulihan itu?
DOA:
Allah Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur atas rahmat yang Engkau berikan hingga hari ini. Hari ini kami dikuatkan bahwa Engkau senantiasa memberikan kekuatan kepada kami untuk mampu menghadapi segala persoalan yang kami alami. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
Angga Sri Prasetyo – GAK SMP PAHOA
Injil: Yohanes 5: 17-30
Bacaan:
Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barang siapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
Ayat Emas: Barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal.
“Yesus adalah Allah”
Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal
RENUNGAN:
Bacaan injil hari ini ingin menegaskan bahwa diri-Nya adalah Allah. Ia mengatakan bahwa Bapa-Nya bekerja hingga sekarang dan Ia pun bekerja. Sebab itu orang-orang Yahudi marah dan hendak membunuh-Nya sebab Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah (Yoh 5:18). Hal ini menjadi alasan bagi bangsa Yahudi untuk menangkap Yesus dan menjatuhkan hukuman salib bagi diri-Nya.
Masa prapaskah adalah sebuah retret Agung yang mengantar kita untuk lebih beriman kepada Yesus Kristus, Allah kita. Iman kita akan bermakna ketika kita mau dengan sadar mengakui Yesus sebagai Allah. Kita sebagai orang beriman harus selalu percaya bahwa Yesus adalah Allah. Hidup kita akan bermakna ketika kita berusaha untuk hidup di dalam Yesus Kristus dan mengalami kasih abadi dari Allah.
REFLEKSI:
Apakah kita sunguh percaya bahwa Yesus adalah Allah?”
DOA:
Allah Bapa di dalam surga. Pada hari ini kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau mewahyukan diri dalam Yesus Kristus Putera-Mu. Bantulah kami untuk lebih dalam lagi mengimani-Nya sebagai satu-satunya Allah di dalam hidup kami. Bunda Maria yang berduka, doakanlah kami untuk teguh dalam iman kepada Yesus, Puteramu. Amen.
Angga Sri Prasetyo – GAK SMP PAHOA
Injil: Yohanes 5: 31-47
Bacaan:
Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”
“Menjadi Saksi Kebenaran di Dunia”
Kalau Aku bersaksi tentang diriku sendiri maka kesaksianKu itu tidak benar,
ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu bahwa kesaksian yang diberikanNya tentang Aku adalah benar”.
RENUNGAN:
Pada bacaan injil hari ini, kita melihat bahwa sesudah menyembuhkan seorang yang lumpuh di kolam Betesda pada hari sabat, Yesus ditantang oleh para pemimpin agama Yahudi untuk mempertanggungjawabkan tindakanNya. Atas kuasa apa Ia bisa berbuat sesuatu yang dilarang oleh hukum Tuhan? Siapa yg dapat membenarkan tindakanNya itu? Menanggapi tantangan itu, Yesus menunjukkan bukti, salah satunya adalah melalui karya-karyaNya nampak kuasa Allah yang hadir dalam diri Yesus.
Paus Paulus VI mengatakan bahwa orang-orang zaman sekarang ini lebih senang mendengarkan seorang saksi dari pada seorang guru. Kata “saksi” adalah orang yg sudah menghayati imannya dalam hidupnya. Sedangkan kata “guru” artinya orang yg hanya mengajar atau omong. Orang yg sudah menghayati imannya dlm hidup sehari-hari lebih didengarkan dari pada orang yg hanya omong. Keteladanan yg baik menjadi pengajaran yg jauh lebih efektif dari pada perkataan.
REFLEKSI:
Apakah perilaku kita sehari-hari juga telah mencerminkan bahwa kita adalah murid-murid Kristus? Apakah kita dikenal sebagai pengikut Kristus yang baik karena pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan?
DOA:
Allah Bapa yang Mahakuasa, kami bersyukur atas rahmat hidup yang Engkau berikan kepada kami. Kami mohon sertailah kami, berkatilah kami agar kami dapat mewartakan kabar baik di tengah masyarakat melalui tingkah laku dan sikap yang baik sehingga mereka dapat melihat Engkau. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
Angga Sri Prasetyo – GAK SMP PAHOA
Injil: Yohanes 7: 1-2; 25-30
Bacaan:
Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. Beberapa orang Yerusalem berkata: “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
“Beriman Kepada Yesus”
“Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan
mereka tidak mengatakan apa-apa kepadaNya.”
RENUNGAN:
Dalam injil Yohanes, salah satu tema yang menarik ialah Yesus sebagai seorang Utusan Allah. Hal ini tentu membuat orang Yahudi sangat marah, karena Mesias bagi bangsa Yahudi adalah seorang yang misterius, yang tidak diketahui darimana ia berasal; sedangkan Yesus, mereka mengetahui kalau Yesus berasal dari Galilea. Yesus sendiri berulang kali telah mengatakan kalau Ia diutus oleh Dia yang benar yakni Bapa sendiri.
Yesus sungguh manusia dan juga sungguh Allah. Ia sungguh manusia, sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa; Ia dilahirkan dari seorang ibu, Ia bisa makan, bisa minum, bisa tidur, dan bisa menangis, bahkan bisa merasakan sakit. Ia pun sungguh Allah, ia bisa membuat mukjizat, mampu mengampuni yang berdosa, dan bangkit dari maut. Kemanusiaan dan Keallahan Yesus hadir dalam diri Yesus Kristus yang kita imani, Ia menjadi manusia untuk mewartakan kabar sukacita bagi kita. Kita bersyukur karena melalui kehadiran Yesus sebagai manusia, kehadiran Allah dapat kita rasakan, sebab Yesus bersabda, “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat BapaKu di surga.”
REFLEKSI:
Apakah kita mampu mengimani Yesus yang sungguh manusia dan sungguh Allah?
DOA:
Allah Bapa yang Mahamulia. Kami bersyukur atas anugerah yang Engkau berikan bagi kami dalam diri PuteraMu terkasih Tuhan kami Yesus Kristus. KehadiranNya membuat kami mampu merasakan cintaMu yang luar biasa. Berkatilah kami agar kehadiran kami juga mampu membuat orang lain merasakan kehadiranMu di tengah-tengah mereka. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
Angga Sri Prasetyo – GAK SMP PAHOA
Injil: Lukas 1: 26-38
Bacaan:
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
“Percaya Kepada Kehendak Allah”
Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
RENUNGAN:
Saat itu Bunda Maria masih sangat muda, ketika ia menerima kabar dari Malaikat Gabriel. Tiba-tiba malaikat datang dan memberitahu Maria kalau ia akan mengandung dari Roh Kudus. Bagaimana perasaan Maria? Tentu kaget, karena ia belum bersuami. Namun, setelah mendengarkan penjelasan Malaikat Gabriel, Maria kemudian mengatakan, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”. Karya keselamatan pun hadir dalam diri Yesus Kristus melalui Bunda Maria.
Kata-kata Maria itu menunjukkan iman yang luar biasa akan kehendak Allah. Ia yakin apa pun yang Allah lakukan dalam hidupnya tentu akan membawa pada keselamatan. Namun demikian, kesediaan Maria untuk melakukan kehendak Allah itu didahului dengan keterbukaan hati Maria akan penjelasan dari Malaikat Gabriel. Keterbukaan hati itulah yang membawa Maria kepada sikap percaya dan bersedia.
REFLEKSI:
Apakah kita sudah membuka hati kita bagi Allah dan membiarkan Dia berkarya dalam hatimu? Sudahkah kita memiliki iman dan kepercayaan yang penuh kepada Allah?
DOA:
Allah Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur atas anugerah yang Engkau berikan kepada kami. Berikanlah kami kekuatan hati agar kami mampu membuka hati kami akan anugerah yang besar dari-Mu. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
Angga Sri Prasetyo – GAK SMP PAHOA
“Berbelas kasih kepada yang lemah”
Bacaan : Yohanes 11:3-7
Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus . Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Mari kita kembali lagi ke Yudea.”
Renungan
Suster, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih, pada saat pandemi virus corona (COVID-19) melanda, ada satu efek samping yang juga akan dihadapi, yaitu stigma. Stigma membuat orang merasa terkucilkan atau bahkan diabaikan. Mereka bisa tertekan, sakit dan marah saat mengetahui teman-teman dan lingkungannya mengabaikan atau bahkan memboikot. Yesus hidup dalam situasi masyarakat yang mirip dengan situasi masyarakat kita saat ini, di mana banyak orang kecil, lemah, miskin, dan cacat yang diperlakukan tidak adil, tersingkirkan, serta menderita lahir dan batin. Pada zaman Yesus, kemalangan, penderitaan, dan kematian dipandang sebagai hukuman dari Allah karena kedosaannya. Ia adalah pribadi yang selalu melakukan tindakan belas kasih pada sesamaNya yang menderita. Melalui sikap dan tindakan-Nya, Yesus ingin menyatakan cinta Allah kepada semua manusia tanpa kecuali. Kasih Yesus sungguh menguatkan dan meneguhkan orang lain, sehingga pada akhirnya orang yang menderita merasa diselamatkan dan memuliakan Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari kita diajak meneladan sikap dan tindakan Yesus dalam berbelas kasih. Misalnya membantu teman yang kesulitan dalam memahami pelajaran tertentu, mendoakan teman yang sakit, menyisihkan sebagian uang saku untuk membantu orang-orang yang menderita atau sedang mendapatkan musibah dan sebagainya.
Ayat Emas : Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”
Refleksi : Kata “KASIH” tidak cukup hanya diucapkan melalui mulut atau hanya disampaikan di hati. Kasih adalah tindakan yang ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan. Sudahkah saya belajar mengasihi orang lain sama seperti saya mengasihi diri saya sendiri?
Doa : Allah Yang berbelas kasih, ajarilah kami agar mampu memahami ajaran-Mu dalam karya belas kasih, sehingga kehadiran kami dapat menjadi berkat bagi orang lain. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan dan Juru selamat kami. Amin
Jesika Marsela S. – GAK SMP Santa Maria-Juanda Jkt
“Pengampunan”
Bacaan : Yohanes 8:1-11
tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Ayat Emas : Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.
Renungan
Suster, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun Tuhan. Namun, tidak semua orang bila melakukan kesalahan cepat-cepat meminta maaf atas kesalahannya. Demikian pula tidak semua orang yang mau dengan senang hati memaafkan atau memberi pengampunan kepada orang yang bersalah dan berusaha meminta maaf atau pengampunan kepadanya, apalagi jika dirasa bahwa kesalahannya sungguh terlalu berat dan menyakitkan hati. Hal yang menyebabkan orang sulit memaafkan atau juga orang sulit meminta maaf atas kesalahannya salah satunya karena keinginan untuk mempertahankan ‘harga diri’ atau wibawa, gengsi, sikap egois dan mau menang sendiri.
Yesus adalah pribadi yang selalu hadir dengan kasih-Nya yang tidak terbatas. Yesus mengasihi orang lain tanpa membedakan dan kasih-Nya tertuju kepada siapa pun, termasuk kaum pendosa. Yesus mengingatkan kita bahwa setiap orang tidak ada yang sempurna. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan untuk itu setiap orang diharapkan tidak cepat-cepat melakukan penghakiman kepada sesamanya. Kepada perempuan yang berdosa, Yesus tidak bersikap mengadili, tetapi memberi kesempatan kepada perempuan tersebut untuk berubah dan tidak melakukan dosa lagi.
Refleksi : Bersediakah kita mengampuni orang yang telah berbuat salah pada kita? Beranikah juga kita segera meminta maaf jika kita berbuat salah?
Doa : Allah Bapa Yang Maharahim, terima kasih tentang kasih-Mu yang mengampuni. Ajari kami agar dapat semakin mengenal pengampunan-Mu dalam kehidupan kami, serta belajar untuk senantiasa mengampuni satu sama lain. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan dan teladan hidup kami.
Jesika Marsela S. – GAK SMP Santa Maria-Juanda Jkt
“Yesus sumber keselamatan sejati”
Bacaan : Yohanes 8:21-30
Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang. Maka kata orang-orang Yahudi itu: “Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?” Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Maka kata mereka kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia. Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. “Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
Ayat Emas : Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.
Renungan
Suster, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih, kemajuan zaman yang demikian pesat, tidak menjamin manusia lebih beriman. Mereka sering kali melupakan Tuhan dan menyandarkan hidupnya pada hal-hal yang bersifat duniawi. Kadang kita menjumpai sebagian dari anggota masyarakat kita menyandarkan keselamatan hidupnya pada benda-benda atau kalimat yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Mereka yakin bahwa itu semua akan memberikan jaminan keselamatan dalam hidup mereka. Keselamatan bisa diperoleh dari mana saja dan dengan cara apa saja tetapi keselamatan yang paling sempurna hanya diperoleh dari Allah. Dialah Alfa dan Omega. Allah adalah asal hidup manusia dan sekaligus tujuan maupun akhir perjalanan hidup mereka. Allah menghendaki keselamatan bagi semua orang tanpa memandang perbedaan latar belakang dan status sosial. Kasih Allah yang menyelamatkan ditujukan kepada semua manusia tanpa memandang suku, budaya, ras, agama dan asal-usul.
Refleksi : Kadang kita lupa bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam semesta dan isinya. Dialah yang memberikan nafas kehidupan. Sadarkah kita akan hal itu? Apakah kita sungguh-sungguh menyerahkan hidup kita kepada Tuhan.
Doa : Allah yang Penuh Kasih, terima kasih atas anugerah kehidupan yang telah Engkau berikan kepada kami. Engkau adalah sumber kehidupan kami. Engkau adalah pusat dan tujuan hidup kami. Tidak ada kekuatan lain selain yang berasal dari-Mu. Ajarilah kami selalu untuk hidup seturut dengan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Tuhan dan juru selamat kami. Amin
Jesika Marsela S. – GAK SMP Santa Maria-Juanda Jkt
“Beriman di zaman Now”
Bacaan : Yohanes 8:31-42
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. Jawab mereka: “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka .”
“Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu. “Jawab mereka kepada-Nya: “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka: “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.
Ayat Emas : Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.
Renungan
Suster, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih, gaya hidup yang serba digital, sangat bergantung pada gadget dan apapun yang dilakukan selalu diabadikan dengan kamera untuk selfie atau live-video entah itu sedang makan, menangis, sedang bersama dengan teman, acara pesta, liburan dan sebagainya sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Namun apakah dengan gaya hidup yang serba digital membuat relasi kita dengan Allah semakin dekat? Relasi manusia dengan Allah akan menjadi nyata jika iman tidak hanya diungkapkan melalui doa, pujian-pujian saja, tetapi juga diwujudkan dalam hidup sehari-hari, terutama melalui perbuatan baik yang menyelamatkan dan membahagiakan sesama. Iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati dan kosong serta iman yang tak menyelamatkan. Usaha untuk mewujudkan iman dalam hidup sehari-hari membutuhkan keteguhan hati dan sikap penyerahan diri kepada penyelenggaraan Allah seperti yang dilakukan oleh Abraham, dia rela meninggalkan tanah kelahirannya menuju ke negeri asing yang pernah diketahuinya, demikian juga dengan Maria, kesediaannya untuk menerima pemberitahuan dan janji Allah untuk menjadi perantara bagi kelahiran Yesus. Dalam hidup sehari-hari, iman kita kepada Allah harus kita wujudkan melalui setiap perkataan dan perbuatan baik kita, agar iman kita berkembang dan menghasilkan buah keselamatan. Semoga kita mampu menggunakan gadget dengan bijaksana dan mampu menjadikan relasi kita dengan Allah semakin dekat.
Refleksi : Menghayati iman dengan benar tidak cukup hanya beribadah dan berdoa. Iman kita harus nyata dalam perilaku sehari-hari. Apakah hidup kita sudah menunjukkan sikap orang beriman yang benar?
Doa : Allah Yang Maha Baik, semoga karena bimbingan-Mu kami semakin mengimani putra-Mu Yesus Kristus, sebagai pedoman hidup kami. Dan kami dapat menjadi perpanjangan tangan dan kaki-Nya, dalam mewartakan keselamatan bagi semua orang. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin
Jesika Marsela S. – GAK SMP Santa Maria-Juanda Jkt
“Firman yang menjadi pertama dan utama”
Bacaan : Yohanes 8:51-59
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada. “Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.
Ayat Emas : Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.
Renungan
Suster, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih, zaman sekarang, kehidupan manusia dipenuhi oleh pengaruh teknologi. Kehadiran teknologi seolah-olah mau menjadikan singgasana kehidupan sebagai sebuah ranah hidup yang mengandalkan dan mengedepankan teknologi sebagai jalan utama untuk mencari, bahkan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dibutuhkan kepekaan yang semakin tajam akan kehadiran Allah, sehingga ia tidak mudah terjebak oleh kecenderungan keliru yang bertentangan dengan kehendak Allah. Di tengah godaan yang menggiurkan,membuat semakin banyak manusia yang mudah tergoyahkan imannya. Dalam Injil, Yesus berkata “ Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Mengutamakan untuk mendengar dan melakukan sesuatu sesuai dengan firman-Nya yang menggema dalam hati kita merupakan langkah yang baik. Kita perlu waspada akan adanya godaan untuk meninggalkan hidup yan benar dengan berbagai alasan untuk mengenakkan diri. Roh kudus senantiasa membimbing manusia dari dahulu hingga sekarang melalui berbagai cara, antara lain melalui sabda-Nya dalam Kitab suci. Semoga kita senantiasa menjalin dan mencari kehendak Allah melalui firman-Nya sebagai pegangan yang pertama dan utama.
Refleksi : Banyak godaan yang harus diwaspadai dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita sudah menjadikan Kitab Suci sebagai pegangan yang pertama dan utama sebagai langkah awal supaya hidup dalam kebenaran?
Doa : Allah Bapa yang penuh kasih, bantulah kami agar mampu menanggapi pewartaan Yesus putra-Mu agar kami juga berani meneladan Yesus dengan tetap setia pada-Mu walaupun banyak godaan dan tantangan di tengah kehidupan kami. Demi Kristus Tuhan pengatara kami. Amin.
Jesika Marsela S. – GAK SMP Santa Maria-Juanda Jkt
“Konsekuensi berbuat baik”
Bacaan : Yohanes 10:31-42
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah diantaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah. “Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah–sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa. ” Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: “Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar“. Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya
Ayat Emas : Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah diantaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?”
Renungan
Suster, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih, ternyata tidak semua niat dan perbuatan baik, akan mendapat sambutan yang baik juga. Dalam Injil menyampaikan bahwa Tuhan Yesus yang hadir ke dunia untuk menyampaikan kabar sukacita yang menyelamatkan mendapat penolakan. Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi menganggap kehadiran Yesus sebagai duri dalam masyarakat yang harus dicabut dan dibuang. Dalam hidup sehari-hari, di sekitar kita banyak para pembela kebenaran justru dihujat atau difitnah, bahkan harus berani mempertaruhkan hidupnya. Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita diajarkan untuk tetap teguh untuk memperjuangkan kebenaran, meski mendapat penolakan, dan yang paling penting kita tetap setia pada iman akan Yesus Kristus yang menyelamatkan.
Refleksi : Beranikah kita seperti Yesus, yang tetap setia dan tabah dalam mewartakan Kabar Sukacita? Beranikah kita untuk tetap mau menerima kebaikan dan kebenaran meskipun banyak orang menolaknya?
Doa : Allah Bapa yang penuh kasih, terima kasih atas teladan Yesus yang telah menyadarkan kami bahwa Yesus pun pernah ditolak dalam menyampaikan kabar sukacita yang menyelamatkan. Bantulah kami ya Bapa, agar mampu menanggapi pewartaan Yesus Putra-Mu, agar kami juga berani meneladani Yesus Putra-Mu dengan tetap setia pada-Mu walaupun mengalami penolakan. Engkau kami puji, kini dan sepanjang masa. Amin.
Jesika Marsela S. – GAK SMP Santa Maria-Juanda Jkt
“Berjuang dalam penderitaan”
Bacaan : Yohanes 11:45-57
Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceritakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.” Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: “Bagaimana pendapatmu? Akan datang juga kah Ia ke pesta?” Sementara itu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah memberikan perintah supaya setiap orang yang tahu di mana Dia berada memberitahukannya, agar mereka dapat menangkap Dia.
Ayat Emas :”Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.
Renungan
Suster, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih, setiap orang pasti pernah mengalami suatu penderitaan, meskipun tingkat penderitaan itu berbeda-beda. Ada berbagai macam sikap seseorang dalam menghadapi penderitaan yang dialaminya. Ada sebagian berserah kepada Tuhan, ada juga yang protes dan berontak pada Tuhan, ada pula yang pasrah tanpa usaha. Yesus pun pernah mengalami suatu penderitaan bahkan wafat di kayu salib. Pewartaan yang dilakukan-Nya selain mengalami penerimaan dari banyak orang, ada pula kelompok orang yang menolaknya. Mereka menolak pewartaan Yesus merasa takut kehilangan simpati, kehilangan kepercayaan, berkurangnya lahan nafkah mereka, seperti imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Mereka berupaya mencari-cari kesempatan untuk mempersalahkan dan menghancurkan Yesus. Yesus memberi teladan kepada kita mengenai sikap dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan hidup. Semoga kita mampu menghayati pengorbanan Yesus, sehingga dapat meneladan-Nya untuk juga berani berkorban bagi orang lain terlebih mereka yang lemah, tersingkir, menderita dan berkekurangan.
Refleksi : Ia dihina dan disiksa. Ia tak bersalah, tetapi diperlakukan bak seorang yang penjahat, harus mati di kayu salib. Dosa dan kesalahan kitalah yang ditanggungnya. Apakah balasan kita? Bisakah kita meneladan sikap Yesus dalam menghadapi penderitaan?
Doa : Ya Bapa, kami bersyukur karena Engkau mengasihi kami dengan cinta yang tak terbatas. Kami mohon terang dan bimbingan-Mu agar kami mampu meneladan sikap Yesus Putra-Mu dalam menghadapi penderitaan dan wafat-Nya. Demi Kristus.Tuhan dan juru selamat kami. Amin
Jesika Marsela S. – GAK SMP Santa Maria-Juanda Jkt