Pemilu atau pemilihan umum telah selesai diselengarakan pada Rabu, 14 Februari 2024. Sampai dengan saat ini, perhitungan suara resmi masih berlangsung di KPU.
Pemilu merupakan proses demokratis setiap lima tahun sekali dimana warga negara memilih para pemimpin dan wakil rakyat melalui pemungutan suara.
Salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pemilu adalah kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS). Tugas utamanya adalah menyelenggarakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara (TPS).
Umat katolik sebagai bagian dari warga negara mempunyai tanggungjawab menyumbangkan hak suaranya dan berpartisipasi dalam pemilu seperti anjuran Bapa Uskup Ign Kardinal Suharyo.
Partisipasi itu ditunjukkan oleh umat St Gabriel Pulo Gebang, mulai usia muda sampai lansia, pria maupun wanita, berperan aktif sebagai KPPS di wilayahnya masing-masing.
Beberapa anggota KPPS ternyata juga aktif di Gereja St Gabriel, antara lain Marianus Sutriantoro, Paulus Dion Setiawan, Michael Anggita yang merupakah DPH, Lukas Prio Purnomo, Yohanes Deny saat ini sebagai Koordinator Wilayah, Fransiscus Sunarta, Mikael Budi Prasetyo, Andreas Satriawan yang tercatat sebagai Ketua Lingkungan. Ada juga ketua WKRI Lusia Nurini Setiawati, ketua KMKS FX Rahmanto, aktifis SKK Anton Tri Hariyadi, aktifis Komsos Stevanus Satrio dan masih banyak lagi lainnya. Selain di gereja, sebagian juga aktif di kepengurusan RT dan RW setempat.
Mereka terpanggil karena ingin melayani dan mensukseskan hajatan negara 5 tahunan itu. Seperti diungkapkan Antonius Handoko Setiadji yang biasa dipanggil Ook. Ia sudah sekian kalinya menjadi KPPS bahkan 2019 dan 2024 sebagai ketua KPPS di TPS 125 kelurahan Pulo Gebang. Kerja keras memberi pelayanan terbaik sampai dini hari sebagai wujud tanggungjawabnya. “Pusing dan capek. Tetapi puas bisa menyelesaikan tanggung jawab bersama tim hingga dini hari,” ungkap Ook yang juga sebagai Bendahara RT ini.
Cerita berbeda diungkapkan Lusia Nurini yang mengaku baru pertama kali menjadi KPPS, bahkan langsung diberi kepercayaan oleh warga sebagai Ketua. “Seru, senang bisa terlihat dalam kegiatan pesta demokrasi, bisa kerjasama dengan warga di RT ku, jadi mengenal orang yang tinggal satu RT. Suka duka pasti ada, apalagi kerjasama warga RT, biasanya kerjasama di komunitas gereja,” terangnya yang mengaku mengawal kotak suara sampai jam lima subuh.
Hal senada diungkapkan Ken Kusumandari. Kemauan mengemban tugas KPPS diterimanya karena ingin berpartisipasi dalam pemilu. “Saya di TPS 188, kebetulan ketua KPPSnya Pak Yoshi juga umat St Gabriel. Saya melayani warga di apartemen sentra timur. Capek dan was-was kalau salah itung, apalagi sampai jam 4 subuh sudah kecapean semua,” paparnya tetap bersemangat.
Pemilu menjadi moment yang baik untuk membangun tali silaturahmi antar warga, sebagai ajang toleransi, menghormati satu sama lain walaupun berbeda pilihan.
Umat Paroki yang berpartisipasi didalamnya, secara tidak langsung mengamanatkan wajah Gereja yang ingin diwujudkan sebagai persekutuan dan gerakan.
Yaitu amanat gereja yang melayani dengan segala kerendahan hati, untuk terlibat dalam aksi atau politik yakni berjuang untuk kebaikan bersama (Inkarnatif) dan lebih terbuka dan menyapa semua orang (Inklusif).
Gereja berupaya menjalin relasi yang baik dengan semua orang tanpa membeda-bedakan pilihan politik, agama, suku dan budaya. Tidak hanya berfokus pada internal, namun juga melakukan gerakan keluar dan bekerjasama dengan semua pihak sesuai Arah Dasar KAJ.
Semoga cita-cita itu bisa semakin nyata diwujudkan melalui segala upaya untuk menjadi garam di tengah-tengah masyarakat. 100% Katolik 100% Indonesia.
Kontributor: Deny Kus Indarto