Sudah menjadi kegiatan rutin dalam 2 tahun terakhir ini, umat Lingkungan Sta. Clara mengadakan ziarah lingkungan. Setelah sebelumnya kami pergi ziarah ke Cisantana Kuningan, tahun ini tujuan yang ditetapkan adalah Gua Maria Kaliori dan OSK (Oasis Sungai Kerit) Melung, keduanya terletak di Purwokerto dan tidak lupa objek wisata Baturraden. Udara pegunungan yang masih segar tampaknya menjadi pertimbangan utama panitia dalam menentukan tujuan ziarah tahun ini.
Persiapan pun dimulai 2 bulan sebelum hari keberangkatan, baik berupa survey tempat oleh beberapa umat, yang dikomandoi oleh Bapak Rudi Rudolf sebagai Ketua Lingkungan dan juga Ketua Panitia, maupun booking tempat penginapan, konsumsi, transportasi dan tidak lupa segala bentuk buku panduan doa yang nantinya akan dipergunakan pada saat ziarah.
Tak terasa hari yang dinantipun tiba, 41 orang umat Lingkungan Sta. Clara (mulai dari balita sampai lansia) memulai perjalanan ziarah pada Jumat, 4 Oktober 2019. Rombongan berangkat dari Royal Residence sekitar pukul 10 malam. Kurang lebih 9 jam perjalanan ditempuh pada malam itu dan sekitar pukul 07:30 pagi, keesokan harinya, kami sampai di pendopo Gua Maria Kaliori.
Setelah membersihkan diri sejenak, kamipun memulai aktifitas hari itu dengan sarapan soto ayam bumbu kacang dengan lauk tempe mendoan. Acara ziarah hari itu diawali dengan Doa Jalan Salib. Menyesuaikan dengan tema ziarah yang kami canangkan: “Ad Jesum Per Mariam” (menuju Yesus melalui Maria), kami menggunakan Doa Jalan Salib dalam sudut pandang Bunda Maria . Ada 15 perhentian dalam Jalan Salib di Gua Maria Kaliori, dengan perhentian ke-15 adalah: “Yesus Bangkit Dari Antara Orang Mati”. Hal ini selaras dengan Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, no 134, yang menyatakan: “Jalan Salib adalah devosi yang terkait dengan sengsara Kristus. Namun harus diakhiri sedemikian rupa sehingga kaum beriman berada dalam harapan akan kebangkitan dalam iman dan pengharapan, mengikuti contoh Jalan Salib di Yerusalem yang diakhiri di Gereja St Anastasia (artinya, kebangkitan), perayaan dapat diakhiri dengan kenangan akan kebangkitan Tuhan.”
Rute jalan salib di Gua Maria Kaliori tidaklah terlalu panjang dan jalan yang dilalui sudah baik dimana hampir seluruh jalan sudah dibuat tangga. Hanya pada antara perhentian ke-12 dan ke-13 yang masih berupa pasir karena sedang dalam pengerjaan. Suasana doa yang terbangun khusuk diawal-awal perhentian, berubah menjadi bising dan sedikit bau solar mulai perhentian ke-11 karena memang sedang ada pekerjaan konstruksi di sekitar area gua. Di sekitar area gua, kita juga bisa menemukan Taman Doa Rosario, sebuah tempat berupa tembok melingkar yang dibentuk menyerupai dinding gua dan pada dinding bagian dalam terdapat gambar dari 3 peristiwa dalam Doa Rosario: Gembira, Sedih dan Mulia.
Acara ziarah di Gua Maria Kaliori selesai sekitar pukul 11 siang (ditutup dengan Doa Rosario dan Novena Tiga Salam Maria), dan setelah mampir sebentar untuk membeli kenang-kenangan, kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan di Villa Ebony (di depan pintu masuk objek wisata Baturraden). Untuk mengisi acara bebas, beberapa orang menyempatkan diri bermain di Taman Labirin (salah satu tempat bermain di objek wisata Baturraden).
Pukul 4 sore kami berkumpul lagi untuk menuju Gereja Katedral Kristus Raja guna mengikuti perayaan Ekaristi. Satu hal yang menarik adalah salah satu intensi dalam Misa tersebut adalah untuk mendoakan mendiang Romo LBS Bambang Wiryo Wardoyo, Pr., salah satu romo yang pernah melayani di Paroki Pulo Gebang. Rangkaian acara hari ini kami tutup dengan sebuah game yang diikuti semua keluarga dan doa malam bersama.
“Dalam kuasa-Mu ya Bapa, kami serahkan segala hal yang boleh kami terima pada hari ini, kehadirat-Mu. Jagai kami malam ini dalam istirahat kami, juga keluarga yang kami tinggalkan di Jakarta.”
Hari Minggu, 6 Oktober 2019 kami melanjutkan aktifitas kami menuju pertapaan awam OSK di Desa Melung. Kondisi jalan yang kecil, naik turun dan berlika-liku, mengharuskan kami menyewa mobil kecil (angkot) untuk menuju lokasi tersebut. Setelah sampai di tempat parkir, kami harus berjalan naik untuk bisa menuju lokasi, perjalanan yang lumayan berat bagi sebagian umat Lingkungan Sta. Clara yang berbadan besar nan tambun. Tetapi dengan segala usaha dan upaya, kami semua bisa sampai di Gua Maria Melung untuk mendaraskan doa Rosario dan Novena Tiga Salam Maria. Suasana yang kurang kondusif di Goa Maria Kaliori pada hari sebelumnya, terbayar lunas ketika kami berada di OSK. Tidak hanya udara yang masih sangat segar karena berada di daerah pegunungan, beberapa tempat doa dibangun sedemikian rupa sehingga bisa lebih mendukung suasana doa maupun berfoto ria. Kurang lebih pukul 11 siang, kami kembali ke penginapan untuk persiapan pulang menuju Jakarta. Setelah mengisi perut dengan makan siang, kamipun kembali ke Jakarta. Tidak lupa mampir sejenak ke pusat oleh-oleh untuk membeli getuk goreng, keripik tempe dan jajanan khas Purwokerto lainnya.
Terbayang kembali segala rutinitas yang menunggu kami di Jakarta, paripurna sudah acara ziarah kali ini. Dengan berbekal keteladanan Bunda Maria, semoga masing-masing keluarga Lingk. Sta. Clara diberikan karunia kesetiaan, ketaatan, ketabahan dan kerendahan hari dalam menjalani segala tugas dan perutusan kami masing-masing. Inilah keluarga kami, Lingkungan Sta. Clara, sampai jumpa dilain kesempatan.
(penulis:d2t/ foto:Rudy, Frans GL)