“Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?“
Garam (sering disebut sebagai garam dapur) adalah sejenis mineral yang dapat membuat rasa asin. Keunggulan garam terletak pada kemampuannya untuk mengasinkan atau memberi rasa kepada sesuatu yang lain, misalnya masakan atau makanan lainnya. Sedangkan terang
bisa diartikan sebagai suatu kondisi yang penuh cahaya, yang bisa menghalau kegelapan yang berada disekitarnya. Tampak dua hal ini memiliki kesamaan arti, yaitu bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk sesuatu yang berada di luar dirinya, untuk yang lain. Garam baru bermanfaat ketika ia memberikan rasa bagi sesuatu yang di luar dirinya, ia tidak memiliki apa-apa untuk dirinya sendiri. Demikian pula terang akan berarti ketika menghalau kegelapan yang berada di sekitarnya.
Maka ketika Yesus meminta kita menjadi garam dan terang itu (bdk.Mat. 5:13-14) berarti kita mesti menjadi pribadi yang berguna dan bermakna bagi orang lain. Disini Yesus memberikan dimensi baru tentang apa artinya mengikuti Dia. Bahwa mengikuti Yesus bukan dengan cara memupuk kesalehan pribadi semata, tetapi bagaimana iman personal itu bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Jika kita tidak bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, kita belumlah pantas disebut sebagai pengikut Yesus. Menjadi saksi-Nya berarti membiarkan diri di pakai Tuhan untuk menyelamatkan sesama. Dengan demikian kadar kepantasan kita mengikuti Tuhan diukur dari sejauh
mana kita menjadikan Kristus sebagai sumber kekuatan yang menggarami dunia dan sumber cahaya yang membawa terang bagi dunia.
Bacaan Injil hari ini tidak hanya mengajak kita untuk menjadi orang benar saja, tetapi menjadi orang benar yang bermanfaat bagi orang lain, sehingga orang lain yang melihat kesalehan kita pada akhirnya akan memuliakan Allah Bapa. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.“ (Mat. 5:16) Tuhan memberkati.
(Suster PIJ)