Alkisah pada suatu malam, tiga orang pengendara kuda sedang melintasi padang pasir. Di tengah perjalanan, tiba-tiba mereka berjumpa dengan seorang asing, yang memberitahukan bahwa sebentar lagi mereka akan melintasi sebuah sungai kering.
“Setibanya di sana,” katanya, “berhentilah dan turunlah dari kuda kalian, lalu ambillah batu-batu yang berserakan di sana, dan masukkan ke dalam kantong baju, dan kantong pelana kalian. Saat matahari terbit periksalah batu-batu itu. Maka kalian akan gembira sekaligus menyesal.”
Persis seperti yang dikatakan orang itu, tak lama kemudian tibalah mereka di sebuah sungai kering. Dengan penuh rasa ingin tahu mereka memasukkan beberapa batu yang berserakan ke dalam saku mereka. Saat matahari terbit keesokan harinya, mereka sangat terkejut melihat batu-batu yang mereka ambil semalam telah berubah menjadi batu permata, mutiara, dan batu-batu berharga lainnya.
Teringatlah mereka pada perkataan orang asing itu, dan barulah mereka memahami arti perkataannya – mereka akan gembira dengan batu yang telah mereka ambil, tetapi sekaligus juga menyesal mereka tidak mengambilnya lebih banyak.”
– John Downing, Meditation (disalin dari Buku II EJ: Perjalanan Menuju Hidup Berbuah)
Emmaus Journey atau biasa disingkat EJ adalah komunitas spiritualitas kitab suci yang didasarkan pada kisah perjalanan menuju Emaus (Luk 24:13-35), dimana dua orang murid Yesus melakukan perjalanan ke suatu kampung bernama Emaus, sambil bercakap-cakap dengan rasa kecewa karena menyaksikan Yesus Sang Guru yang diharapkan akan membebaskan mereka, sudah mati disalibkan. Dalam perjalanan, kedua orang murid itu bertemu dengan Yesus yang kemudian menemani perjalanan mereka, sambil menjelaskan pada mereka tentang apa yang tertulis dalam Kitab Suci mengenai diri-Nya, dan akhirnya mereka mengenali Yesus ketika Dia memecahkan roti. Hal ini membuat mereka memahami apa yang seesungguhny
a terjadi. Hati kedua orang murid itu berkobar-kobar dan mereka kembali ke Yerusalem untuk bertemu dengan murid-murid yang lain dan menyampaikan kabar sukacita itu.
Komunitas spiritualitas kitab suci Emmaus Journey bertujuan untuk membantu umat Katolik lebih menghayati firman-Nya dan menerapkan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan adalah diskusi kelompok, Anggota kelompok bertemu seminggu sekali dan membahas topik materi yang telah ditentukan. Semuanya ada tiga puluh enam topik yang dimuat dalam empat buku pegangan yaitu: Buku I – Perjalanan Menuju Hidup Mendasar, Buku II – Perjalanan Menuju Hidup Berbuah, Buku III – Perjalanan Menuju Hidup Terfokus, dan Buku IV – Tujuh Sabda Terakhir.
Kelompok EJ Pulo Gebang yang tahun ini memasuki Angkatan ke 2, sudah menyelesaikan sepuluh sesi pertemuan dari Buku I, dan mulai masuk pada pertemuan diskusi Buku II. Sepuluh sesi dalam Buku I bertujuan mengajak kelompok agar dapat membangun relasi yang lebih baik dengan Tuhan, yaitu dengan cara membangun suatu disiplin harian: membaca Kitab Suci setiap hari, menanggapinya dengan membuat jurnal, dan berdoa harian. Dengan relasi yang erat dengan Tuhan, selain semakin mengenal Tuhan, maka akan membawa kepada relasi dengan sesama yang lebih baik, dan anggota kelompok juga dapat semakin mampu memaknai hidup dalam terang Sabda Tuhan.
Setelah tiga bulan bertemu secara online, maka sebuah acara gathering untuk menandakan selesainya Buku I, dirembukkan bersama oleh para ketua kelompok, para fasilitator, dan Ketua Subsie EJ Pulo Gebang – Ibu Selvya Sagala. Kesepakatan mengadakan acara gathering offline membuat saya bersemangat, begitu juga dengan teman-teman yang lain. Bagaimana tidak? Kelompok EJ Pulo Gebang yang masih ‘baduta’ – baru dua tahun – bisa terselenggara berkat dukungan keikutsertaan teman-teman fasilitator eksternal dari Paroki St. Laurensius, Alam Sutera. Acara gathering offline akan membuat semua teman-teman EJ Pulo Gebang yang masuk dalam empat kelompok pertemuan berbeda dan semua teman-teman fasilitator eksternal dari Alam Sutera bisa berkumpul bersama.
Acara gathering akhirnya terselenggara pada Minggu, 2 Oktober 2022 di sebuah resto di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Bapak Eddy Badarudin dan Ibu Helen dari Tim EJ Center juga ikut hadir. Beliau berdua datang bersama rombongan teman-teman fasilitator dari St. Laurensius, Alam Sutera. Komitmen dan dukungan penuh dari teman-teman EJ Center dan Alam Sutera untuk bertemu dan mengenal ‘baduta’ Pulo Gebang sungguh membahagiakan. Walau tidak semua teman-teman dari EJ2 Pulogebang bisa hadir di acara, tetapi acara gathering berlangsung dengan ‘luar biasa’ – bukan sekedar cukup – heboh dan meriah.
Semua bergembira, saling bercerita, saling meledek, dan tertawa bersama. Empat kelompok unjuk gaya habis-habisan, bergantian menampilkan yel-yel kelompoknya dengan bersemangat. Pada akhirnya semua menjadi juara: Juara 1, 2, 3 dan 4 dan semua bergembira karena mendapat hadiah. Teman-teman yang rajin hadir terus tanpa membolos untuk sepuluh sesi pertemuan Buku I juga bergembira karena mendapat hadiah kenang-kenangan. Teman-teman juga saling berbagi cerita bagaimana bisa mengikuti kelompok EJ: ada yang diajak teman, ada yang ikut saudara, ada yang mendengar dari pengumuman gereja, dll.
Saya jadi teringat perjalanan saya sampai kepada EJ. Tahun 2017, lokasi kerja saya ada di Medan Satria, Pejuang, Bekasi – Harapan Indah maju sedikit. Rasanya hidup saya waktu itu begitu indah, aman dan sentosa. Saya berangkat kerja sambil mengingat-ingat pekerjaan apa yang perlu saya bereskan hari itu di kantor. Tidak terasa saya sudah sampai kantor. Pulang kerja begitu juga, saya mengingat-ingat urusan rumah yang perlu dibereskan. Hampir semua urusan bisa beres di Harapan Indah: dari urusan perut, belanja bulanan, potong rambut, servis ini-itu: sepatu, tas, hape, dlsb. Sampai di rumah saya masih segar bugar dan bersemangat sekali untuk menikmati hidup dengan nonton drakor sampai tengah malam.
Kemudian, masuk November 2017, saya dipindah dinas di Sunter, seberang Artha Gading. Setelah bertahun-tahun merasakan hidup nyaman dengan lokasi kerja yang dekat, sekarang saya mesti mengeluarkan usaha yang luar biasa untuk sampai kantor. Jalan Raya Bekasi saat itu padat dan ruwet sekali. Saya ikuti semua jalan yang ditunjuk Waze, melingkar lewat Cakung Cilincing kadang sampai Tj. Priok untuk sampai kantor. Kadang Waze menunjuk jalan melingkar lewat Klender sampai Jatinegara. Saya mulai punya pengalaman menerobos jalan ganjil genap, menerobos lampu merah, bahkan pengalaman menabrak mobil di depan. Rasanya ingin segera sampai di kantor tetapi tetap saja tidak bisa cepat sampai. Alhasil, sampai di kantor badan lemas, sampai di rumah badan loyo tak bertenaga. Kegiatan menonton kisah drakor menjadi tidak menarik lagi, sudah ada drama pribadi yang harus saya jalani setiap hari. Capek setiap hari di jalan dengan kondisi ‘horor’, maka rasa bahagia saya mulai menguap sedikit demi sedikit.
Tetapi kemudian perlahan saya mulai belajar berdamai dengan keadaan. Saya mulai berpikir bagaimana agar waktu yang saya buang untuk pergi-pulang Pulo Gebang-Sunter setiap hari tidak terbuang percuma. Saya mulai manfaatkan waktu di jalan dengan mendengarkan alkitab suara lewat Youtube. Karena saya sudah susah payah setiap hari sampai ke Sunter, yang notabene dekat ke Cempaka Putih, saya juga mulai ikut kelas di STF Driyarkara, Cempaka Putih. Pengalaman satu membawa saya kepada pengalaman lainnya dan begitulah, berikutnya saya meniatkan diri mulai rutin membaca Kitab Suci dengan bergabung bersama grup baca Kitab Suci KDV (Komunitas Dei Verbum). Grup baca mendorong saya untuk disiplin membaca kitab suci secara rutin dari Kejadian sampai Wahyu mengikuti jadwal kelompok.
Dalam suasana kebatinan seperti itulah, pada satu kesempatan saya ikut mendengarkan sosialisasi EJ oleh Tim EJ Center di GKP Pulo Gebang. Waktu itu Bapak Eddy Badarudin dan Ibu Emil yang berbicara memperkenalkan EJ. Wah, bagus juga nih. Saya mau ah merenungkan Firman Tuhan dengan lebih mendalam… Setelah membiasakan diri rutin membaca Kitab Suci setiap harinya lewat KDV, saya pikir ini saatnya untuk mulai merenungkan isi bacaan.
Kemudian saya mulai mencari informasi angkatan EJ yang mau jalan di Gereja Yohanes Bosco Sunter, dekat kantor. Waktu itu EJ di Pulo Gebang memang belum akan dimulai, dan juga waktu tempuh yang bisa membuat nyaman ikut pertemuan rutin, yang jadi pertimbangan saya untuk memutuskan ikut EJ dekat kantor. Karena anggota kelompok EJ di Sunter sudah penuh, akhirnya saya mendaftar ke Kelapa Gading dan mengikuti pertemuan rutin kelompok EJ Angkatan 3 St. Yakobus Kelapa Gading. Ini tahun 2019, masih pertemuan offline dan belum jaman pertemuan online.
Saya masih ingat menonton film lewat LCD proyektor saat masuk Buku IV – Tujuh Sabda Terakhir; dan saya ingat sekotak tisu yang sengaja disediakan dan ditaruh di tengah meja oleh fasilitator kelompok waktu itu. Itu benar-benar suatu pengalaman indah dicintai dengan luar biasa yang membuat saya malu dengan dosa-dosa dan kecengengan saya dalam menjalani hidup.
***
Pada saat EJ2 Pulo Gebang masuk pada diskusi Sesi dari Buku II – Perjalanan Menuju Hidup Berbuah, ada permenungan kisah yang saya kutip di awal tulisan, kisah tentang “berhenti turun dari kuda, memungut batu, dan membawanya”. Sebuah kisah yang menarik, walau saya tidak ingat pernah membaca kisah ini sebelumnya di EJ3 Kelapa Gading. Dalam permenungan saya atas kisah itu, saya teringat perjalanan saya sampai pada komunitas EJ. Jadi saya mulai bertanya kepada diri saya sendiri.
Apakah saya sudah berhenti? Ya. Saya sudah berhenti dan melangkah keluar dari rasa menderita saya atas lokasi kerja yang berubah tidak sesuai harapan saya.
Apakah saya sudah memungut batu? Ya. Saya sudah memungut kesempatan yang bisa saya ambil. Saya sudah ambil pengalaman sedapat yang saya mampu jalani.
Apakah sekarang ada yang saya sesali? Tidak. Saya melihat semua peristiwa yang sudah saya lalui terjalin begitu indah. Setiap kesempatan yang sudah saya ambil, semua pengalaman yang saya jalani, dan semua teman-teman yang saya jumpai membawa saya lebih dekat dengan Yesus.
Apakah sekarang saya gembira? Ya. Saya gembira bisa berjalan bersama teman-teman EJ2 Pulo Gebang. Semua yang sudah saya lalui, membawa saya bisa berkumpul bersama teman-teman Kelompok 1, setiap hari Rabu Jam 19:30-21:30.
Saat saya mulai memungut batu-batu di perjalanan hidup saya, saya tidak punya tujuan khusus atas batu itu, dan saya tidak tahu apa kegunaan batu itu nantinya buat saya. Saya mencoba mengambil kesempatan yang ada dan menjalani pengalaman untuk semakin mengenal Tuhan saya.
Ketika sekarang saya mendapati ada rasa manis dalam hati saya, maka saya tahu Tuhan sudah mengubahkan rangkaian pengalaman yang sudah saya jalani menjadi rasa syukur dan rasa suka cita yang manis.
Luk 24:25 (TB)
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
Saya tahu saya adalah orang bodoh dan lamban yang tidak cepat memahami segala sesuatunya. Banyak kali saya juga sudah mengambil pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan yang salah, karena ketidak-mengertian itu. Tetapi saya juga mau berhenti dari selalu ingin dianggap sempurna. Saya mau memungut batu penerimaan untuk diri saya yang lemah dan bodoh ini. Saya tahu kasih Yesus akan menjadikan segala sesuatu indah dan sempurna.
Luk 24:32-33a (TB)
Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem.
Yesus sudah membuat hati saya berkobar-kobar. Saya mau bangun dari rasa malas, rasa marah, rasa kuatir dan rasa susah saya. Saya mau hidup dengan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, dan kesetiaan.
Terima kasih kepada Ibu Regina Kristiawati (Ketua Sie KKS Periode 2022-2025) yang sudah mengajak saya bergabung dengan EJ2 Pulo Gebang. Terima kasih kepada teman-teman Kelompok 1 yang sudah memberikan warna pada perjalanan spiritual saya, Terima kasih kepada semua teman-teman EJ Pulo Gebang. Saya sungguh mendapatkan pengalaman indah dalam perjalanan saya bersama dengan Tuhan. Salam berkobar-kobar.
(Marlina Joy – Fasilitator Kelompok 1 EJ2 Pulo Gebang)